Intelijen AS Tuduh Cina Tutupi Data Kematian Corona
3 April 2020Para pejabat intelijen AS dalam sebuah laporan khusus yang ditujukan kepada pemerintah, menuduh Cina telah menutupi tingkat penyebaran Covid-19 dan angka kematian yang sebenarnya. Pemerintahan Trump dikejutkan dengan meroketnya angka infeksi dan kematian akibat virus corona di Amerika Serikat, yang kini merupakan tertinggi di dunia.
Bloomberg News mengutip tiga pejabat AS, yang menuntut agar namanya dirahasiakan, yang mengatakan bahwa angka infeksi dan kematian yang dilaporkan Cina tidak lengkap. Tetapi tidak ada rincian lebih lanjut tentang temuan intelijen itu.
Cina membantah laporan intelijen AS itu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying mengatakan, negaranya telah secara "terbuka dan transparan" melaporkan luasnya wabah corona, dan balik menuduh Washington sedang berusaha "mengalihkan kesalahan."
Skeptisisme terhadap Cina maupun Gedung Putih
Sejauh ini, Cina telah melaporkan sekitar 82.000 kasus infeksi dan 3.300 kematian Covid-19. Sekarang, angka infeksi dan kematian di Amerika Serikat sudah jaiuh lebih tinggi daripada di Cina.
Sampai Kamis (2/4), AS telah mencatat lebih dari 240 ribu angka infeksi virus corona dan lebih dari 8000 angka kematian, demikian menurut data dari Universitas Johns Hopkins.
Sebelumnya, beberapa ahli kesehatan memang sudah menyatakan keraguan terhadap catatan infeksi dan angka kematian Covid-19 di Cina. Ketua Asosiasi Medis Dunia yang berpusat di Prancis, Dr. Frank Ulrich Montgomery menyebut angka dari Cina “tidak kredibel”.
Tetapi dia mengakui bahwa negara-negara lain juga bekerja dengan angka-angka yang tidak pasti, karena data yang lebih baik sering tidak tersedia, atau karena tes corona sering tidak tepat.
Presiden Donald Trump hari Rabu (1/4) mengatakan dia belum membaca laporan intelijen terbaru itu, tetapi menyebut angka-angka Cina memang "tampak terlalu sedikit”.
Politisasi angka infeksi dan kematian
Masalahnya, pemerintahan Trump awalnya menganggap enteng cepatnya penyebaran Covid-19 di negaranya, bahkan sempat menyebutnya sebagai "virus Cina“. Namun belakangan dan membuat AS menjadi pusat pandemi terbaru, setelah Cina, Italia dan Spanyol.
Awal pekan ini, penasehat kesehatan pemerintahan Trump Deborah Birx mengatakan, Cina kemungkinan melaporkan angka-angka yang terlalu kecil, "setelah apa yang kita lihat terjadi pada Italia dan melihat apa yang terjadi pada Spanyol."
Wakil Presiden AS Mike Pence juga menuduh Cina sudah lebih dulu mengetahui angka-angka dramatis, sebelum melaporkan tentang wabah itu bulan Desember tahun lalu kepada dunia.
Sementara Senator Ben Sasse dari Partai Republik mengatakan bahwa „Partai Komunis (Cina) sudah berbohong“.
"Klaim bahwa Amerika Serikat memiliki lebih banyak kematian karena virus corona daripada Cina adalah salah," kata Ben Sasse dalam sebuah pernyataan. “Partai Komunis Cina telah berbohong, berbohong, dan akan terus berbohong tentang virus corona," tambahnya.
hp/as (afp, rtr)