ISIS Melebarkan Jaringan ke Asia
21 Maret 2015Diperkirakan ada sedikitnya 100 jihadis dari Asia Tenggara yang bergabung dengan ISIS. Mereka terutama berasal dari Indonesia, Filipina dan Malaysia. Militan Malaysia dan Indonesia malah sudah membentuk unit berbahasa Melayu dalam kelompok ISIS di Suriah, kata kelompok analis keamanan.
Samuel Locklear, yang memimpin Komando Pasifik Amerika Serikat mengatakan sekitar 1.000 orang dari India hingga Pasifik mungkin telah bergabung dengan Islamic State (IS) untuk berperang di Suriah atau Irak. Tapi dia tidak mennyebutkan nama-nama negaranya atau waktu keberangkatannya.
Basis-basis radikal Islam di Asia Tenggara memang sudah terbentuk sejak dulu. Yang paling lama beroperasi adalah kelompok Abu Sayyaf di Filipina (foto artikel). Sejak dulu mereka sering melakukan aksi penculikan untuk mendapat uang tebusan jutaan dolar.
Sumpah setia pada ISIS
Komando Pasifik Amerika Serikat yang bermarkas di Hawaii mengamati 36 negara, termasuk Australia, Cina dan negara lainnya di Pasifik. Namun Pakistan, salah satu pusat terbesar kelompok radikal Islam dan yang paling aktif, tidak termasuk di dalamnya.
Para analis keamanan mengatakan, di kawasan itu, ribuan orang bersumpah setia pada IS, ketika kelompok-kelompok militan lokal itu mendapat dorongan lewat video online kekerasan dan seruan jihad melalui media sosial.
Kelompok militan Filipina 'Abu Sayyaf ‘ yang pernah mengklaim memiliki hubungan dengan jaringan Al Qaida juga menyatakan dukungan pada Islamic State. Ketika menculik seorang warga Jerman, April tahun lalu, Abu Sayyaf, menuntut agar Jerman menghentikan dukungannya terhadap kampanye pemboman Amerika Serikat yang diluncurkan terhadap IS.
Kelompok Muslim minoritas ini mendiami pulau-pulau selatan Filipina. Wilayah ini adalah lokasi pemberontakan yang sudah sekian lama dilakukan dilakukan oleh kelompok Muslim lokal terhadap pemerintahan di Manila.
Kelompok Abu Sayyaf juga disebut-sebut bertanggungjawab pada serangan militan terburuk di Filipina, yaitu tenggelamnya feri di Teluk Manila pada tahun 2004 yang menewaskan 100 –an orang. Namun aktivitas kelompok ini menurun dalam beberapa tahun terakhir, seiring meninggalnya para pemimpin puncak, baik karena terbunuh dalam operasi aparat keamanan, atau karena usia tua.
ap/rzn(afp/ap)