1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Islandia Pertimbangkan Jam Kerja Lebih Pendek

9 Juli 2021

Lebih dari 85 persen pekerja di Islandia memilih jam kerja yang lebih pendek dengan upah yang sama, daripada opsi 4 hari kerja dalam seminggu. Sebelumnya ada dua uji coba massal pemotongan jam kerja.

https://p.dw.com/p/3wDaP
Ibukota Islandia, Reykjavik
Ibukota Islandia, ReykjavikFoto: imago/All Canada Photos

Pekerja di Islandia lebih memilih jam kerja yang lebih pendek dalam seminggu, setelah dua penelitian skala besar menunjukkan bahwa jam kerja yang lebih sedikit dapat "secara dramatis" meningkatkan kesejahteraan dan keseimbangan antara kehidupan-kerja mereka.

Dua uji coba massal sudah dilakukan, yang berlangsung dari 2015 hingga 2019. Eksperimen itu menemukan bahwa produktivitas kerja tetap sama, atau bahkan meningkat, di sebagian besar tempat kerja yang terdaftar dalam eksperimen.

Para peneliti mengatakan, eksperimen yang dijalankan oleh Dewan Kota Reykjavík dan pemerintah pusat adalah "keberhasilan luar biasa." Sejak uji coba itu berakhir, sekitar 86% pekerja sekarang bekerja dengan jam kerja lebih pendek tanpa pemotongan gaji, atau telah mendapatkan hak untuk melakukan itu.

"Pelaksanaan minggu kerja yang lebih pendek di Islandia memberitahu kita bahwa tidak hanya mungkin untuk bekerja lebih sedikit di zaman modern ini, tetapi perubahan progresif juga mungkin terjadi," kata Gudmundur Haraldsson, salah satu peneliti yang terlibat dalam eksperimen itu.

Pemandian air panas di Reykjavik
86 persen pekerja Islandia ingin jam kerja lebih pendek untuk meningkatkan kualitas hidupnyaFoto: Michael Nolan/robertharding/picture alliance

Jam kerja pendek, kesejahteraan lebih baik

Eksperimen yang melibatkan lebih dari 2.500 pekerja - lebih dari 1% dari seluruh populasi pekerja Islandia - mencakup berbagai tempat kerja, mulai dari taman anak-anak, sekolah, hingga rumah sakit dan kantor hingga penyedia layanan sosial. Banyak peserta uji coba kemudian berpindah dari kerja 40 jam seminggu menjadi 35 atau 36 jam seminggu.

Pekerja melaporkan bahwa jam kerja yang lebih pendek memudahkan mereka untuk melakukan berbagai tugas di sekitar rumah, seperti berbelanja dan membersihkan rumah pada hari kerja. Banyak peserta pria yang mengatakan bahwa mereka dapat mencurahkan lebih banyak waktu untuk pekerjaan rumah tangga, terutama membersihkan rumah dan memasak.

"Ini menunjukkan bahwa mereka siap menjadi pelopor minggu kerja yang lebih pendek - dan pelajaran dapat dipetik untuk sektor lain," kata Will Stronge, direktur penelitian di lembaga think tank Inggris, Autonomy, yang bersama dengan Asosiasi untuk Demokrasi Berkelanjutan ALDA menganalisis hasil uji coba di Islandia.

Opsi empat hari kerja dalam seminggu makin populer

Gagasan tentang empat hari kerja dalam seminggu terus mendapatkan daya tarik di seluruh dunia. Spanyol saat ini sedang melakukan uji coba 32 jam kerja seminggu untuk perusahaan-perusahaan dalam program percontohan. Perusahaan global Unilever telah meluncurkan eksperimen di Selandia Baru, di mana sebagian karyawan diminta bekerja hanya empat hari seminggu dengan gaji penuh.

Di Jepang, pemerintah merekomendasikan agar perusahaan mengizinkan staf mereka memilih opsi empat hari kerja seminggu untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja. Keuntungan bagi perusahaan adalah, perusahaan bisa mempertahankan staf yang potensial dan berpengalaman, yang mungkin harus meninggalkan perusahaan karena tanggung jawab keluarga. Di Jerman, serikat pekerja terbesar, IG Metall, menyerukan minggu yang lebih pendek, dengan alasan langkah itu akan menyelamatkan ribuan pekerjaan yang terancam oleh transformasi industri mobil menuju era mobil listrik.

Sebuah studi yang dibuat oleh kampanye 4 Hari Seminggu dari inisatif Platform London menunjukkan bahwa peralihan ke 4 hari kerja dalam seminggu juga bermanfaat bagi lingkungan. Hal itu bisa memperkecil emisi karbon di Inggris sebesar 127 juta ton per tahun, atau setara dengan menghilangkan 27 juta mobil dari jalanan, kata studi itu.

(hp/gtp)