Jejak Kontroversial Ali Mochtar Ngabalin
23 Mei 2018Presiden Joko Widodo mengangkat politisi konservatif Golkar, Ali Mochtar Ngabalin, sebagai jurubicara kepresidenan. Sosok yang pernah menjabat Direktur Politik di tim suskes Prabowo Subianto pada pilpres 2014 ini akan mengemban tugas menjembatani istana negara dengan kelompok konservatif muslim.
Ngabalin nantinya akan bekerja di bawah koordinasi Deputi IV Kepala Staf Presiden (KSP), Eko Sulistiyo. Kepada Detik dia mengaku akan lebih sering mensosialisasikan kinerja pemerintah. "Banyak capaian-capaian pemerintah yang tidak maksimal dikabarkan ke masyarakat, saya juga menyampaikan, kebenaran yang tidak terkoordinir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terkoordinir," tuturnya.
Pengangkatan pria kelahiran Fakfak tersebut sempat menjadi kejutan lantaran sepak terjangnya yang selama ini bersebrangan dengan pemerintahan Joko Widodo. Ngabalin berulangkali memicu kontroversi sejak aktif berpolitik. Inilah sejumlah di antaranya.
1. Mendesak Allah Dukung Prabowo
Ketika pemungutan suara usai dan Joko Widodo dinyatakan sebagai pemenang, tim sukses Prabowo pada 7 Agustus 2014 mengajukan gugatan atas hasil pemilu ke Mahkamah Agung. Pada saat itulah Ngabalin mengumbar ucapan 'nyeleneh' saat acara halal bihalal pendukung Prabowo-Hatta di rumah Polonia.
"Perjuangan yang kita lakukan tidak berhenti sampai di sini dan kita mendesak Allah SWT berpihak kepada kebenaran, berpihak kepada Prabowo-Hatta ,” kata dia seperti terekam dalam vido yang diunggah ke Youtube. Ia tidak berhenti sampai situ. "Kita gemas, kapan Tuhan turunkan. Kita desak Allah turunkan bala tentaranya tolong Prabowo."
Ketika MK menolak seluruh butir gugatan Gerindra pada 21 Agustus, Ngabalin melontarkan tuduhan tak sedap kepada sosok yang kini menjadi atasannya. "Jokowi dan Jusuf Kalla manusia otoriter, mari kita menggunakan kekuatan 67 juta rakyat indonesia menjadi penguatan seimbang," kata dia seperti dilansir Merdeka saat itu.
2. Membela Rizieq Shihab
Kedekatan Ngabalin dengan Rizieq berawal dari tindak kekerasan massa Front Pembela Islam saat menyerang aksi demonstrasi Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di Monas pada Juni 2008. Tidak hanya melukai peserta demonstrasi, FPI juga ikut menghancurkan peralatan pengeras suara dan membakar spanduk. Akibatnya 14 orang mengalami luka-luka, termasuk perempuan.
Buntutnya 1.500 aparat kepolisian menggeruduk markas FPI di Pertamburan dan menangkap Rizieq Shihab beserta 56 anggota FPI. Ali Mochtar Ngabalin yang saat itu masih aktif di Partai Bulan Bintang (PBB) menjenguk Rizieq di penjara.
"Saya juga mau tanya, kok bisa Habib ditahan? Kenapa setelah 3 hari baru ditangkap? Penangkapan tidak beralasan. Menurut saya, ada desain ini pengalihan isu. Pemerintah jangan menggunakan politik busuk, orang sudah tahu," kata Ngabalin kepada Detik kala itu. Dia juga menjadi saksi yang meringankan FPI dalam proses persidangan kasus penyerangan Monas di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
3. Kisruh di PBB
Sebelum bergabung dengan Golkar, Ngabalin mengawali karir politiknya sebagai kader PBB dan sempat menjadi anggota legislatif serta aktif di Komisi I DPRI RI periode 2004-2009. Ketika PBB tersungkur di Pemilu 2009 dan Ngabalin kehilangan mandatnya sebagai wakil rakyat, dia mengajukan diri sebagai calon Ketua Umum PBB untuk periode 2010-2015.
Namun meski sempat bersaing ketat, Ngabalin takluk oleh MS Kaban pada muktamar III PBB di Medan, April 2010 silam. Hanya selang enam bulan kemudian, Ngabalin yang pernah menjadi jurubicara Jusuf Kalla pada Pilpres 2009 diperkenalkan sebagai kader pada Rapat Kerja Nasional Partai Golkar. "Partai Golkar bukan barang baru bagi Ali Mochtar, karena secara biologis saya dibesarkan dalam keluarga Golkar," ujarnya kepada Inilah.com.
rzn/hp (detik, kompas, inilah, merdeka, tirto)