Jelang Iduladha, Peternak Dibuat Gundah Gulana akibat PMK
17 Juni 2022Umat Islam di seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Kurban atau Iduladha pada 9 Juli. Momen ini tidak dilewatkan seluruh umat Islam termasuk di Indonesia untuk menyembelih kambing, sapi, domba, dan unta. Kendati demikian, jelang perayaan Iduladha tahun ini ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK) kembali mengintai hewan ternak berkuku genap tersebut.
Pemerintah mencatat 155.862 ekor hewan ternak terpapar PMK per 14 Juni 2022. Menurut laman siagapmk.id di bawah naungan Kementerian Pertanian. Sedikitnya 41.993 hewan ternak yang terpapar PMK sudah sembuh dan 760 ekor dinyatakan mati. Sedangkan, 1.023 ekor ternak telah dipotong bersyarat dan 112.086 ekor belum sembuh.
Menurut laman tersebut, PMK sudah menyebar di 18 provinsi di 181 kota/kabupaten. Selain itu, 33 ekor hewan ternak telah divaksin.
Pukulan bagi peternak jelang Iduladha
Ketua Dewan Persusuan Nasional (DPN) Teguh Boediyana mengatakan bahwa meski tidak bersifat zoonosis atau tidak menular ke manusia, kerugian sosial dan ekonomi yang ditimbulkan akibat PMK cukup besar.
Teguh mencontohkan bagaimana PMK ini sangat memukul para peternak sapi perah di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Produktivitas sapi perah yang rutin menghasilkan 20 liter susu per hari pada kondisi sehat akan menurun drastis jadi lima liter susu per hari bila terjangkit PMK. Selain itu, nilai ekonomis sapi perah akan menurun meski hewan tersebut sudah sembuh dari PMK.
Teguh mengatakan harga sapi perah di kisaran harga 20 juta sampai 25 juta rupiah. Namun, sapi-sapi ini akan tidak ada nilainya bila mati atau mengalami penurunan produksi susu. Tidak hanya itu, ia mengkhawatirkan adanya peningkatan impor daging dan susu karena pasokan dalam negeri menurun akibat PMK.
Teguh berujar bahwa pada tahun 2002 pemerintah pernah mensimulasikan seandainya terjadi wabah PMK pada tahun itu, kerugian yang akan muncul sekitar 16 triliun rupiah. "Kalau sekarang (kerugian) kira-kira 25 triliun," kata Teguh.
Menurut Teguh, Kementerian Pertanian dengan badan karantina harus melindungi hewan ternak dari segala penyakit yang masuk. Selain itu, ia menyerukan pemerintah untuk memberikan ganti rugi kepada para peternak yang sapinya menjadi korban PMK. "Masyarakat kehilangan kesempatan berusaha. Lapangan kerja hilang," kata Teguh kepada DW Indonesia.
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) pernah menyatakan Indonesia bebas PMK pada tahun 1990. Namun kemunculan PMK di Indonesia sejak akhir Mei 2022 ini kembali menimbulkan tanda tanya.
Dari lockdown lokal hingga jamu sapi
Faisal Islami, manajer operasional Ananta Farm, memiliki cara untuk mencegah virus Picornaviridae penyebab PMK menyerang hewan ternaknya. Peternakan yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, ini memelihara setidaknya sekitar 100 ekor sapi dan 500 ekor domba.
"Antisipasi pertama, kami me-lockdown (hewan ternak) dari luar. Kedua, orang yang dari luar jangan sampai masuk ke kandang kami," kata Faisal kepada DW Indonesia. Dia juga mewajibkan karyawan atau pembeli untuk mencuci tangan dan kaki saat berkunjung ke peternakannya.
Penurunan penjualan pun juga mulai dirasakan Faisal jelang Iduladha. Faisal mengatakan bahwa semua hewan ternaknya sehat. Namun demikian, sejumlah pelanggan mulai mempertanyakan hal ini. "Sangat terasa dampak dari PMK, harusnya saat ini terjual 50% tapi saat ini belum," ujar Faisal kepada DW Indonesia.
Teguh Boediyana dari Dewan Persusuan Nasional mengatakan ada cara yang bisa dilakukan oleh peternak untuk mencegah penularan PMK, yakni menyiapkan ramuan herbal dari kunyit untuk asupan sapi. "Ada penambahan nafsu makan untuk menahan serangan (PMK)," kata Teguh.
Menanggapi hal itu, Nur Widodo, dosen peternakan Universitas Negeri Jember (UNEJ), mengatakan bahwa kunyit memiliki kandungan curcumin. Kunyit bisa bermanfaat sebagai antioksidan dan menambah nafsu makan, kata Widodo sekaligus meyakinkan bahwa hal tersebut bisa dibuktikan secara medis.
"Pemberian tanaman obat pada sapi bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan. Saluran pencernaan juga bisa lebih sehat," terang Widodo kepada DW Indonesia.
Kurban virtual untuk redam transmisi PMK
Nur Widodo mengatakan bahwa virus Picornaviridae adalah virus yang mudah menular di antara hewan ternak. Ia mengatakan virus tersebut bisa bertahan selama 50 hari di air. Bahkan, virus ini bisa menempel di baju atau alas kaki sampai tujuh atau 10 hari.
"Di udara (virusnya) bisa sampai (radius) 10 kilometer. (Oleh karena itu) ternak yang terpapar PMK sebaiknya tidak dipindahkan, disembukan di mana terdeteksi," kata Widodo kepada DW Indonesia.
Widodo mengatakan bahwa sudah sangat sulit untuk mengubah keadaan secara cepat di tengah cepatnya proses penularan. Widodo menawarkan sebuah solusi agar PMK tidak makin tersebar namun masih bisa merayakan hari raya Iduladha.
"Kondisi seperti ini bisa dibuat 'qurban virtual'. Orang yang akan melaksanakan kurban di Jakarta, tapi ternaknya di Jawa Timur kemudian bisa diserahkan ke pondok pesantren atau masjid," terang Widodo kepada DW Indonesia seraya menambahkan bahwa daging sapi yang tertular PMK masih aman dikonsumsi manusia.
Bagaimana menurut MUI?
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa nomor 32 tahun 2022 untuk rujukan umat Islam agar dapat melaksanakan ibadah Iduladha. Fatwa tersebut mengenai Hukum dan Panduan Pelaksanaan Ibadah Kurban Saat Kondisi Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
MUI menyatakan bahwa hewan yang terkena PMK dengan gejala klinis kategori ringan, seperti lepuh ringan pada celah kuku, kondisi lesu, tidak nafsu makan, dan keluar air liur berlebih dari biasanya hukumnya sah dijadikan hewan kurban.
Sementara Kementerian Pertanian telah mengimpor vaksin ternak yang rencananya tiba di minggu kedua Juni sebanyak 3 juta dosis.
Walaupun virus PMK yang menyerang kali ini belum diketahui sumbernya, Widodo mengingatkan bahwa belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan PMK. kalaupun diobati sifatnya hanya mengurangi gejala yang ditimbulkan, tambahnya.
Menurut Widodo, hewan ternak yang sudah pernah terpapar PMK memiliki antibodi alami, berbeda halnya bagi hewan ternak yang belum tertular.
Dia menyarankan peternak sapi untuk menyediakan vitamin dan pakan yang baik untuk hewan ternaknya. Sedangkan obat yang diberikan sifatnya untuk mendukung daya tahan tubuh ternak. Hal ini dapat dilalukan agar hewan ternak tidak bergejala parah bila di kemudian hari tertular, ujar Widodo. (ae)