Jerman akan Perluas Pengamatan Internet
17 Juni 2013Hari Minggu (16/06713), majalah berita Der Spiegel melaporkan, Dinas Intelijen Jerman (BND) merencanakan perluasan program pengamatannya untuk menjaring 20 persen semua komunikasi antara Jerman dan negara-negara lain. Karena keterbatasan teknik, BND saat ini hanya mampu memonitor lima persen dari keseluruhan komunikasi lewat internet dan telepon. Sementara menurut hukum yang berlaku di Jerman, BND diijinkan mengawasi maksimal hingga 20 persen dari keseluruhan jumlah lalu lintas komunikasi.
Majalah mingguan Der Spiegel menyebut bahwa dana 100 juta Euro itu dikucurkan BND untuk divisi "pengintaian teknis". Dengan uang tersebut BND hendak mempekerjakan 100 karyawan baru dan memperluas kapasitas komputer serta servernya.
Kontroversi seputar pengamatan NSA
Laporan majalah berita Jerman itu dilansir sekitar sepekan setelah harian Inggris Guardian mempublikasikan bocoran dari Edward Snowden, bekas penyuplai informasi CIA. Snowden mengungkapkan adanya program pengamatan massa oleh Dinas keamanan Nasional Amerika Serikat NSA, PRISM.
Pembocoran mengenai PRISM memicu kemarahan di Eropa, terutama di Jerman yang sangat sensitif terkait informasi individu. Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan, dia akan membawa isu tersebut dalam pembicaraannya dengan Presiden AS, Barack Obama dalam kunjungannya ke Berlin pekan ini. Obama tiba di ibukota Jerman hari Selasa (18/6). Tidak seperti NSA, BND tidak menyimpan data orang yang diamatinya. BND hanya menyaring informasi yang dapat digunakan untuk membongkar dugaan kasus teror.
Menteri Dalam Negeri Jerman, Hans-Peter Friedrich membela pengamatan internet oleh dinas intelijen. Kepada Der Spiegel ia mengatakan, "kita harus mengimbangi kebebasan yang tak terkontrol dalam komunikasi kriminal melalui sarana dan teknologi baru yang legal. Jelas bahwa dinas intelijen kita harus hadir di dunia maya," tukasnya.
Seruan penggunaan kuesioner keamanan
Dalam wawancaranya dengan koran mingguan Jerman "Welt am Sonntag", Friedrich juga mengimbau untuk menggunakan kuesioner bagi wisatawan sebelum terbang menuju sebuah negara Uni Eropa. Menurut Mendagri Jerman, kuesioner seharga 10 Euro itu menyerupai Electronic System for Travel Authorization (ESTA) dari AS.
Formulir ESTA seharga 14 $ AS itu harus diisi sebelum memasuki AS, dan menanyakan informasi individu, misalnya nama, lahir, tempat kediaman dan nomor kartu kredit. Selanjutnya Friedrich mengatakan, seperti ESTA, kuesioner keamanan UE akan digunakan untuk membandingkan data pengunjung dengan daftar orang yang sedang diburu. "Informasi ini dapat dibandingkan dengan data anti terorisme," tegas Mendagri Jerman.
csf/hp (AFP, dpa)