Jerman Janji Tambah Bantuan Dana Kemanusiaan untuk Gaza
6 September 2024Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Annalena Baerbock mengatakan bahwa Berlin berencana untuk memberikan tambahan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza sebesar €50 juta (sekitar Rp855 miliar).
Baerbock menyampaikan hal itu dalam pertemuannya dengan Menlu Yordania Ayman al-Safadi di Amman. Ia juga mengatakan bahwa total bantuan yang telah dijanjikan Jerman untuk Gaza sejak tahun lalu lebih dari €360 juta (sekitar Rp6,1 triliun).
Fokus paket bantuan tersebut adalah untuk memerangi kelaparan, krisis pangan, dan kekurangan gizi, serta penyediaan layanan kesehatan.
Selain itu, Jerman juga akan meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Suriah di Yordania sebesar €12,7 juta (sekitar Rp217 miliar). Total bantuan Jerman untuk Yordania pada 2024 kini menjadi €63 juta (sekitar Rp1 triliun).
Sebelum berkunjung ke Yordania, Baerbock melakukan lawatan ke Arab Saudi terlebih dahulu untuk mengadakan pembicaraan dengan Menlu Faisal bin Farhan al-Saud. Ia juga dijadwalkan akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat.
Amnesty serukan penyelidikan kejahatan perang Israel di Gaza timur
Kelompok hak asasi manusia yang berbasis di London, Amnesty International, menyerukan adanya penyelidikan atas penghancuran bangunan dan lahan pertanian oleh Israel di Jalur Gaza timur.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Dengan menggunakan buldoser dan bahan peledak yang diletakkan secara manual, militer Israel secara tidak sah menghancurkan lahan pertanian dan bangunan warga sipil, meratakan seluruh wilayah, termasuk rumah, sekolah, dan masjid,” kata Amnesty.
Berdasarkan penyelidikan Amnesty, "lahan yang baru dibuka di sepanjang perbatasan timur Gaza seluas 1 hingga 1,8 km.” Kelompok ini juga mengatakan lebih dari 90% bangunan di area tersebut telah dihancurkan.
"Analisis kami menunjukkan pola di sepanjang perbatasan timur Gaza cukup konsisten dengan penghancuran sistematis di seluruh wilayahnya,” kata Direktur Senior Amnesty, Erika Guevara-Rosas.
"Rumah-rumah itu tidak hancur akibat pertempuran sengit. Sebaliknya, militer Israel dengan sengaja meratakan tanah itu setelah mereka menguasai daerah tersebut,” tambahnya.
Dia mengatakan bahwa penciptaan "zona penyangga” di Gaza timur ini sama saja dengan hukuman kolektif terhadap warga sipil Palestina.
Israel justru mengatakan penghancuran bangunan di Gaza itu diperlukan untuk memusnahkan terowongan dan infrastruktur militan Hamas dan kelompok-kelompok lainnya. Hamas oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan beberapa negara lain termasuk Jerman diklasifikasikan sebagai kelompok teror.
Netanyahu: 'Tidak ada kesepakatan yang sedang dibuat'
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pernyataan soal gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang hampir mencapai titik kesepatan itu "sangat tidak tepat”.
"Tidak ada kesepakatan apa pun yang sedang dibuat,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara di acara ”Fox and Friends”, Kamis (05/09).
Pernyataan Netanyahu itu bertentangan dengan komentar pemerintah Amerika Serikat (AS) yang mengatakan hanya ketidaksepakatan mengenai "rincian pelaksanaan” dari proposal gencatan senjata yang perlu diselesaikan.
"Saya mendengar apa yang dikatakan perdana menteri (Netanyahu). Saya tidak akan berdebat dengannya di depan publik,” kata juru bicara keamanan nasional AS John Kirby. "Kami masih percaya, meski ini sangat sulit ... jika ada kompromi, jika ada kepemimpinan, kita masih bisa mencapai (kesepakatan) itu.”
kp/ha/hp (Reuters, AFP, AP, dpa)