Perfekt. Sempurna. Inilah konklusi penting Jerman di Piala Dunia U17. Mereka tidak terkalahkan, mengoleksi 18 gol, meredam Prancis di final dan menjadi juara setelah penantian 38 tahun.
Trophy juara, yang diserahkan Presiden FIFA Gianni Infantino di Stadion Manahan, menjadi lengkap dengan tropi Golden Ball, simbol Pemain Terbaik untuk Paris Brunner.
Brunner memang menonjol sepanjang turnamen. Dalam final dia membuka gol via penalti, meski dalam drama adu penalti Brunner gagal. Eksekusi Brunner diterkam S. Argney, yang kemudian terpilih sebagai Kiper Terbaik.
Tapi, overall, tombak tajam Borussia Dortmund berdarah Kongo itu punya skill mumpuni, speedy dan punya tipikal 'pembunuh': di dalam atau juga di luar areal penalti.
Total, Brunner memborong lima gol. Tertinggal tiga gol dari peraih Top Skor, Agustin Ruberto, kapten Argentina yang mengoleksi delapan gol.
Tapi layak diingat kalau Brunner pula yang menjadi simbol perfekt-nya Jerman: empat kali pertemuan dengan Prancis, skuad Christian Wuck selalu menang.
Tiga diantaranya di Euro U17 dengan salah satunya di final 2 Juni 2023 di Budapest, sesuatu yang kembali diulangi di Solo, 2 Desember 2023. Juga lewat drama adu penalti.
Dalam empat laga itu, Brunner menjelma menjadi sosok menakutkan buat Prancis selain ada nama berikut: Moerstedt, Darvich, Ramsak dan Heide.
Brunner yang berkali-kali turun sampai dalam pasca terusirnya Winners Osawe dan Jerman main dengan 10 nama saja selama 21 menit plus 10 menit added time.
Lalu, adu penalti. Sampai datang eksekusi pemain pengganti Almugera Kabar. Dia mengirim kabar gembira: eksekusinya masuk.
Kini anak-anak muda Jerman itu sudah mengawinkan dua mahkota juara: Eropa dan Dunia.
Jerman unggul 4-3, merebut tropi juara dunia U17 dan, pastinya, bikin bangga orang-orang Jerman.
Panser Muda yang ini adalah cikal bakal Jerman yang mantap.
Hardimen Koto: pengamat, analis dan komentator sepak bola
*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.