Jerman Perketat Suaka
13 Mei 2016
Jerman dengan menggandeng Uni Eropa, beberapa bulan belakangan ini telah berusaha mencapai kesepakatan dengan Turki untuk mengerem arus pengungsi yang datang ke Eropa.
Kini Jerman berusaha memulangkan lebih banyak pengungsi yang sudah ada di Jerman, ke negara asal mereka yang berkategori aman. Pemerintah mengusulkan agar tiga negara Afrika Utara, yaitu Aljazair, Maroko dan Tunisia ikut dicantumkan dalam daftar "negara asal yang aman". Dan usulan itu sudah diterima di Parlemen Jerman, Bundestag hari ini.
Kini sebagian besar permintaan suaka dari tiga negara itu akan ditolak, dan pemerintah Jerman dapat lebih mudah memulangkan pengungsi dari negara-negara Maghribi yang kini sudah berada di Jerman. Rencana tersebut ditentang Partai Hijau serta sejumlah organisasi sosial dan bantuan kemanusiaan.
Daftar negara aman
Sesuai undang-undang Jerman, permintaan suaka dari pengungsi yang berasal dari negara-negara yang termasuk daftar negara aman sebagian besar ditolak. Menteri Dalam Negeri Thomas De Maiziere menyatakan lewat Twitter, setelah disetujui parlemen, 99% permintaan suaka dari negara-negara Maghribi akan ditolak.
Namun De Maiziere juga menegaskan, orang-orang dari kawasan itu, yang betul-betul mengalami represi dan terancam jiwanya akan tetap mendapat suaka dari Jerman.
Partai Hijau yang jadi oposisi di parlemen menyatakan akan menolak pencantuman tiga negara tersebut dalam daftar negara aman. "Situasi hak asasi di Maghribi sangat buruk," demikian dikatakan pakar politik luar negeri dari Partai Hijau, Jürgen Trittin dalam wawancara dengan harian Jerman, Saarbrücker Zeitung.
Hak dasar untuk dapat suaka
Pemimpin sejumlah organisasi besar kemanusiaan di Jerman juga sudah menyatakan kekhawatiran, bahwa pencantuman tiga negara tersebut dalam daftar negara aman akan menyebabkan jaminan bagi pengajuan permintaan suaka individu hilang.
"Klasifikasi tiga negara itu sebagai negara asal yang aman, dan prosedur kilat bagi permintaan suaka, adalah ancaman bagi hak fundamental untuk mendapat suaka, hak untuk pemeriksaan secara individual," demikian dinyatakan Ulrich Lily, kepala organisasi kemanusiaan gereja Protestan Jerman, Diakonie.
Ia mengungkap juga, di Aljazair, Maroko dan Tunisia, hak asasi warga homoseksual, perempuan, warga cacat dan pembangkang politik diinjak-injak oleh pemerintah berkali-kali.
Peter Neher, kepala organisasi kemanusiaan gereja Katolik Caritas, juga menyampaikan kekhawatiran serupa.
Pemberian suaka istimewa
Menteri Dalam Negeri de Maiziere membela usulan pemerintah Jerman dan mengatakan, sejumlah besar orang yang datang dari negara-negara Maghribi tidak berada dalam represi, pengejaran, dan tidak terancam nyawanya.
De Maiziere juga mengungkap, dalam kuartal pertama 2016, hanya 0,7% permintaan suaka dari warga asal Maghribi yang dikabulkan. Tahun 2015, sekitar 26,000 orang dari Aljazier, Maroko dan Tunisia meminta suaka di Jerman, dan hanya 2% yang diterima.
ml/as (twitter, afp, rtr)