Kekerasan terhadap Terduga Penjarah di Zona Gempa Turki
17 Februari 2023Dalam sebuah video yang beredar secara online, terlihat dua polisi memukuli dan menghina empat pria yang tergeletak di lantai, satu di antaranya dalam kondisi setengah telanjang dan yang lainnya mengenakan celana dan jaket gelap.
"Orang-orang tertimbun di bawah reruntuhan dan kalian bajingan mencuri mi? Kami menerima kalian di negara kami dan apa yang kalian lakukan? Mencuri?," kata salah satu polisi seraya menyemprotkan "spray" merica ke wajah orang-orang yang tak berdaya itu. Meski tidak muncul di video, ada suara yang mengatakan: "Hancurkan tangan pencuri."
Semakin banyak video seperti itu muncul di internet. Namun, sejauh ini Asosiasi Hak Asasi Manusia Turki (IHD) hanya mendaftarkan beberapa kasus kekerasan – yang hampir semuanya berasal dari Hatay, provinsi paling selatan Turki.
Di tengah situasi yang sudah sulit, kelompok populis sayap kanan dan nasionalis gencar melakukan agitasi terhadap pengungsi dan minoritas lainnya. Satu klaim yang diposting online bersama dengan gambar kondom bertuliskan: "Seorang warga Suriah telah menjarah supermarket dan mencuri kondom."
Pengguna internet lain berpendapat bahwa Turki bahkan sudah tidak mampu menafkahi warganya sendiri, karenanya para pengungsi harus hengkang segera.
"Kami bukan penjarah"
Dalam video lainnya yang juga diposting online, dua pria dari Hatay menceritakan bagaimana mereka dipukuli. "Kami sedang dalam perjalanan pulang dari apotek," kata lelaki tua itu. "Petugas keamanan menghentikan kami. Kami memegang obat untuk orang tua kami di tangan kami. Mereka mengira kami penjarah dan memukuli kami. Setelah itu, mereka meninggalkan kami begitu saja di jalan."
"Tolong hapus semua video yang menggambarkan kami sebagai penjarah!," mereka memohon. "Kami bukan penjarah."
Lima pemuda Kurdi dari Diyarbakir dilaporkan memiliki pengalaman serupa. Menurut aktivis hak asasi manusia, mereka datang ke zona gempa untuk membantu sebagai sukarelawan dan memiliki dokumen untuk membuktikannya. Namun mereka mengatakan, setelah membantu upaya penyelamatan di Provinsi Adiyaman, mereka dibawa ke kantor polisi, dipukuli dan ditinggalkan di kota lain, dalam keadaan telanjang.
Asosiasi Pengacara Progresif (CHD) di Turki menyoroti kasus serupa yang berakhir dengan kematian. Dua bersaudara, yang diduga sebagai penjarah, ditangkap di Altinözü, Hatay, pada akhir pekan lalu. Salah satu dari mereka meninggal dalam tahanan. Ayahnya, yang harus mengidentifikasi jenazahnya keesokan harinya, menginformasikan bahwa putranya mengalami patah tulang rusuk dan patah di bagian hidung, hingga akhirnya dia meninggal karena pembekuan darah. Putra lainnya masih di rumah sakit dan dia juga dilaporkan telah disiksa.
Pengungsi dibunuh secara brutal
Dalam sebuah video yang diposting di Twitter sebelum dihapus pada Senin (13/02) malam, tiga tersangka pengungsi terlihat tergeletak di samping sebuah van putih di jalan, diduga sudah tewas. Sebuah suara di luar layar berkata: "Para penjarah mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan."
Video tersebut menunjukkan bahwa penyiksaan adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan tidak memiliki batas waktu kadaluwarsa. CHD telah mendesak pihak berwenang Turki untuk segera menemukan pelakunya dan membawa mereka ke pengadilan.
Situasi keamanan tegang
Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag menyebut ada 75 kasus penjarahan di zona gempa selama akhir pekan, seraya menambahkan bahwa 57 tersangka telah ditahan. Dia mengatakan, penahanan dalam kasus perampokan dan penjarahan diperpanjang menjadi empat hari, naik dari biasanya yang hanya maksimal 24 jam.
Ironisnya, pada saat yang sama, Menteri Dalam Negeri Süleyman Soylu mengatakan, tidak ada penjarahan sama sekali — dan satu-satunya masalah adalah penyebaran kebohongan. Dia juga menuduh tim penyelamat Austria yang menghentikan sementara pekerjaannya selama akhir pekan karena alasan keamanan menyebarkan disinformasi tentang Turki.
Sementara itu, Michael Bauer, juru bicara Kementerian Pertahanan Austria, menulis bantahan di Twitter bahwa tim penyelamat dari Angkatan Bersenjata Austria dapat terus bekerja di bawah perlindungan tentara Turki.
Menanggapi penyelidikan DW, juru bicara Badan Bantuan Teknis Jerman (THW) mengatakan, untuk bagian mereka, tim penyelamat Jerman di Hatay kebanyakan tinggal di base camp untuk alasan keamanan, dan hanya berangkat untuk melakukan misi penyelamatan tertentu saja.
(ha/as)