Keliling Dunia dengan Mobil Surya
14 Februari 2013Matahari boleh saja membakar di langit, tapi ujicoba mobil tenaga surya yang dijanjikan masih harus menunggu. Baterainya kosong, jelas Matthias Drossel, seorang mahasiswa teknologi listrik dari Sains Terapan Universitas Bochum di bagian barat Jerman. Cuacanya kurang mendukung dalam beberapa hari terakhir, katanya, terutama dalam perjalanan melewati Belgia.
Kini Drossel dan 9 anggota tim lainnya harus menggunakan hari yang cerah untuk mengisi baterai. Mereka telah melepaskan panel surya dari badan mobil dan menghadapkannya ke matahari pada sudut yang optimal untuk menyerap energi sebanyak mungkin. Dibutuhkan 4 jam untuk mengisi penuh baterai, ungkap Drossel usai melirik ke laptop-nya. Jadi bukannya melakukan ujicoba berkendara, mereka harus puas dengan ujicoba duduk di dalam mobil SolarWorld Gran Turismo.
Petualangan ramah lingkungan
Sesuai dengan namanya, Universitas Bochum membuat mobil bertenaga surya dengan bantuan dari perusahaan SolarWorld. Mereka mengirim satu tim mahasiswa untuk mengitari bumi, hanya dengan energi matahari.
Para mahasiswa Bochum memulai perjalanan keliling dunia tanggal 26 Oktober 2011 setelah ikut serta dalam World Solar Challenge di Australia.
SolarWorld GT telah melintasi 16 negara dan berbagai zona iklim dalam 414 hari. Bertolak dari Australia, mobil tenaga surya kemudian melewati Selandia Baru, Amerika Serikat, Italia, Monako, Luksemburg, tempat kelahiran mobil di Bochum Jerman, Republik Ceko, Austria, Hongaria, Rumania, Moldavia, Ukraina dan Russia, kemudian tiba kembali di Australia pertengahan Desember lalu. Tim dari Sains Terapan Universitas Bochum telah meliputi lebih dari 29.000 kilometer, melewati gurun pasir, pegunungan dan hutan.
Tidak boleh curang
Aturan utamanya adalah mereka tidak boleh mengambil energi dari jaringan energi konvensional apapun, menurut mahasiswa teknik Yago Elbrecht. "Kami ingin menunjukkan bahwa berkendara keliling dunia menggunakan energi surya itu mungkin," ujarnya. "Dan kalau matahari tidak bersinar, kami harus menunggu di lokasi yang sama selama 2 atau 3 hari."
Di tengah terik matahari pada siang hari, ada cukup energi surya untuk mengemudi dengan kecepatan 50 kilometer per jam. Namun di pagi dan malam hari, mesin mobil harus mengambil energi dari baterai cadangan dalam bagasi setiap kali pengemudi menambah kecepatan. Ini berarti para mahasiswa umumnya berkendara keliling dunia dengan kecepatan rata-rata 50 kilometer per jam. "Kami mampu paling cepat sekitar 110 kilometer per jam," kata Elbrecht. "Itu saat di Selandia Baru kalau tidak salah. Kami berkendara di jalan yang menurun."
Dua kendaraan konvensional berenergi bahan bakar minyak mendampingi tim Solarworld, membawa anggota tim yang tidak mengemudi dan barang bawaan. Mereka bergantian menyetir mobil, dan melakukan reparasi. "Saya mengambil cuti kuliah dua semester supaya bisa ikut seluruh perjalanan," kisah Elbrecht. "Saya pikir tidak akan ada lagi kesempatan berkendara keliling dunia, dan melakukannya dengan mobil surya. Benar-benar luar biasa!"
Ingat akan taman bermain
Saat pertama kali duduk di balik kemudi mobil tenaga surya, anda teringat pada adu mobil bumper yang kerap ditemukan di taman bermain. Setir mobilnya kecil, dan dua bangku yang tersedia bisa dibilang kurang nyaman. Dan tidak ada cukup ruang, terutama untuk seseorang setinggi Elbrecht. "Tapi tidak masalah," jawabnya. "Saya hanya harus sedikit sempit-sempitan, itu saja." Lagipula, ungkapnya, anggota tim lainnya lebih mungil dibandingkan dirinya.
Hanya butuh beberapa menit untuk merasakan panas di dalam mobil saat hari cerah, dan sama kasusnya untuk SolarWorld. Pendingin udara tidak termasuk tentunya – terlalu berat dan terlalu memakan energi. Sebagai alternatif, dua celah dibuat di bagian depan mobil untuk memberi jalan masuk bagi udara dan sedikit menyejukkan pengemudi. "Tidak ada gunanya di Australia," kisah Elbrecht. "Di sana terlalu panas."
Ini juga berarti tidak ada pemanas di dalam mobil - yang tentunya sangat dibutuhkan saat melintasi pegunungan Arizona - tidak ada power steering, dan rem bantuan darurat. Layaknya mobil sport, anda duduk begitu dalam di mobil surya dan begitu dekat dengan permukaan jalan. Selain itu, mobil energi surya tidak memiliki suspensi yang umumnya ditemukan pada mobil konvensional. "Anda merasakan setiap gundukan di jalan, setiap lubang," tandas Elbrecht. "Juga sering berderik-derik."
Mesin yang bersenandung
Setelah 4 jam, baterai mobil surya kembali penuh. Elbrecht, Drossel dan yang lainnya memasang kembali panel-panel surya ke badan mobil. Sekarang ujicoba mengemudi bisa dimulai. Pengemudi memakai helm, yang dilengkapi radio didalamnya agar dapat terus berkomunikasi dengan anggota tim di mobil lainnya. "Saya menyalakan mesinnya sekarang!" lapor sang pengemudi melalui mikrofon.
Ia memutar kunci, dan motor listrik mulai berbunyi - suara yang sangat berbeda dari mesin pembakaran standar. Hanya saat pengemudi menambah kecepatan baru mesin mulai bersuara sedikit keras. Bunyinya terdengar staccato dan sedikit aneh, tapi sang pengemudi tampak senang-senang saja, jadi mungkin itu suara yang seharusnya. Kata si pengemudi, mesinnya baru sunyi lagi setelah mobil mencapai kecepatan 15 kilometer per jam.