Kelompok HAM: Israel Tahan 800 Warga Palestina Tanpa Tuduhan
3 Oktober 2022Pada Minggu (02/10), kelompok hak asasi manusia Israel, HaMoked, mengatakan bahwa sebanyak 798 warga Palestina kini ditahan secara administratif. Praktik tersebut membuat para tahanan ini dapat ditahan selama berbulan-bulan, tanpa mengetahui tuduhan apa yang ditujukan terhadap mereka dan tidak pula diberikannya akses bukti yang memberatkan mereka.
Kelompok itu mengatakan jumlah mereka yang ditahan dalam penahanan administratif itu terus meningkat pada tahun ini, karena Israel melakukan serangan penangkapan malam di Tepi Barat sebagai tanggapan atas rentetan serangan warga Palestina terhadap Israel pada awal tahun ini.
Israel mengklaim telah menggunakan penahanan administratif untuk menghalangi serangan dan menahan militan berbahaya Palestina. Namun, kelompok-kelompok HAM dan warga Palestina justru mengatakan bahwa hal itu merupakan sistem keji yang menyangkal kebebasan hak asasi manusia tanpa proses hukum.
Beberapa tahanan bahkan sempat mogok makan hanya untuk menarik perhatian atas kasus penahanan mereka, di mana hal itu juga mengancam jiwa mereka. Tak jarang, hal ini juga meningkatkan ketegangan antara Israel dan Palestina. "Penahanan administratif itu harusnya menjadi tindakan istimewa, tetapi Israel justru memanfaatkan penahanan ini secara besar-besaran tanpa pengadilan,” kata Jessica Montell, Direktur Eksekutif HaMoked. "Ini harus dihentikan. Jika Israel tidak dapat membawa mereka ke pengadilan, mereka harus membebaskan semua tahanan administratif.”
Rekor terbaru
HaMoked mengatakan angka tersebut merupakan jumlah rekor terbaru dalam gelombang penahanan administratif yang sudah dimulai sejak musim semi lalu, setelah adanya serangkaian serangan warga Palestina terhadap warga Israel yang menewaskan 19 orang.
Serangan itu pula yang memicu serangan balik Israel yang kemudian menewaskan sekitar 100 warga Palestina. Banyak dari mereka merupakan militan atau pejuang pemuda lokal, tapi tak sedikit pula warga sipil yang tewas dalam tragedi kekejaman tersebut.
Militer Israel mengatakan ada sekitar 1.500 warga Palestina telah ditangkap dalam kurun waktu setelah penyerangan tersebut, termasuk mereka yang ditahan dalam penahanan administratif. Terakhir kali Israel menahan tahanan administratif sebanyak itu, yakni pada Mei 2008 silam, yang juga bertepatan dengan meningkatnya ketegangan antara Israel-Palestina.
Lelah dengan pemadaman listrik, Gaza mulai beralih ke tenaga surya
Warga Palestina yang tinggal di Gaza, wilayah yang diblokade oleh Israel, telah lama mengalami pasokan listrik yang tidak stabil dan harganya yang melambung tinggi. Namun, kondisi itu bukan lagi masalah. Yasser al-Hajj telah menemukan solusinya, yakni tenaga surya.
Sambil melihat deretan panel fotovoltaik di peternakan ikan dan restoran makanan laut tepi pantainya, The Sailor, Yasser al-Hajj mengatakan bahwa investasi yang dia lakukan enam tahun lalu, kini telah membuahkan hasil.
"Listrik adalah tulang punggung proyek ini," kata Hajj. "Kami mengandalkannya untuk menyediakan oksigen bagi ikan, serta untuk mengambil dan memompa air dari laut."
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza, yang hidup di bawah pemerintahan Islam Hamas dan 15 tahun blokade Israel, pemadaman listrik adalah kehidupan sehari-hari mereka yang berdampak pada segala hal, mulai dari rumah warga hingga bangsal rumah sakit.
Hal itu membuat banyak warga Gaza lebih memilih untuk membayar generator yang mereka gunakan ketika arus listrik terputus, yakni sepanjang setengah hari untuk setiap harinya, menurut data PBB. Kini, semakin banyak warga Palestina mulai beralih ke energi terbarukan.
Dari atap Kota Gaza, kini panel surya mulai membentang ke cakrawala. Para aktivis energi hijau mendukung hal tersebut, dan melihat itu sebagai visi untuk masa depan global saat dunia tengah menghadapi bahaya perubahan iklim dan meningkatnya krisis biaya energi.
kp/ha (AP, AFP)