Polisi Bentuk Tim Usut Kejanggalan Kematian Wabup Sangihe
12 Juni 2021Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menilai ada yang janggal pada kematian Wakil Bupati (Wabup) Sangihe Helmud Hontong di udara sehingga perlu dilakukan penyelidikan pihak kepolisian. Komnas HAM mendorong hal serupa untuk meredam spekulasi publik.
"Komnas HAM mendorong ada proses penyelidikan polisi supaya semuanya jelas sehingga tidak timbul spekulasi publik," kata komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara saat dihubungi, Sabtu (12/6/2021). Beka menilai penting bagi aparat penegak hukum agar segera menyelidiki kejadian ini. Selain itu, dengan turunnya aparat penegak hukum, lanjutnya, publik juga bisa ikut mengawal proses penyelidikan.
"Saya kira yang terpenting ada proses yang dilakukan oleh kawan-kawan aparat penegak hukum terlebih dahulu dan publik melakukan kontrol terhadap proses tersebut," ujarnya. Komnas HAM mengatakan siap turun tangan dalam kasus kematian Wabup Sangihe. Namun pihaknya sejauh ini belum menerima aduan. "Tentu. Kalau ada aduan, kami akan melakukan menindaklanjuti pengaduan yang ada. (Untuk aduan) saya belum cek," ucapnya.
Jatam menilai perlu ada autopsi untuk membuat terang penyebab kematian Wabup Sangihe. Komnas HAM memandang polisi tentu akan memiliki metode penyelidikan tersendiri dalam mengungkap kasus ini. "Saya kira polisi memiliki metode dan strategi penyelidikan sendiri terkait situasi yang ada," ungkap Beka.
Kematian berkaitan dengan penolakan tambang?
Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah Ismail mendorong kepolisian melakukan penyelidikan terkait kematian Helmut Hontong. Merah menilai kematian yang mendadak Helmut ini mengagetkan dan misterius. Dia mengaitkan kematian Helmut dengan sikap penolakannya terhadap tambang di Sangihe.
"Ini mengagetkan. Kedua, misterius dan agak janggal kematiannya. Kenapa seperti itu? Karena dia ini kan menjadi sorotan, high profile karena dia ini kepala daerah yang menolak tambang juga. Bahkan dia juga mengirim surat ke ESDM. Suratnya juga sudah beredar," kata Merah saat dihubungi, Jumat (11/6/2021).
"Ini janggal karena dia sehat-sehat saja, tapi tiba-tiba mendadak kolaps," lanjutnya. Merah mengatakan Helmut adalah sosok yang high profile. Karena itu, menurutnya, penyelidikan atas kematian Helmut harus dilakukan.
Kesaksian ajudan Helmut
Ajudan Helmut, Harmen Rivaldi Kontu, menceritakan detik-detik meninggalnya Wabup Sangihe Helmut Hontong di pesawat rute Denpasar-Makassar. Harmen mengatakan, sebelum meninggal, Helmut sempat memberitahukan kepadanya bahwa sudah merasa pusing. Pada saat itu, dia diminta menggosokkan minyak kayu putih di bagian belakang dan leher.
Setelah lehernya digosok dengan minyak kayu putih, Helmut tidak lagi merespons. Bahkan Harmen mengatakan ada darah yang keluar dari mulut dan hidung Helmut.
"Sekitar 5 menit itu saya lihat Bapak langsung tersandar. Saya panggil dan kore-kore (colek) namun sudah tidak ada respons lagi. Saya langsung panggil pramugari, namun tetap Bapak tidak ada respons. Kemudian keluar darah lewat mulut. Tak lama kemudian darah keluar dari hidung," kata Harmen ketika dimintai konfirmasi detikcom di Pelabuhan Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Kamis (9/6).
Harmen mengatakan, setelah keluar darah, ada seorang pramugari yang meminta bantuan. Menurut dia, pramugari tersebut menanyakan apakah ada dokter atau tenaga medis yang ikut dalam penerbangan itu. Kata Harmen, karena ada dokter, Wabup Helmut langsung dibawa ke bagian belakang untuk mendapatkan penanganan medis.
"Pas itu pramugari langsung meminta tolong jika ada dokter atau paramedis yang ikut dalam penerbangan ini. Jadi langsung diarahkan ke bagian belakang pesawat. Saat itu nadi Bapak dipompa supaya ada pernapasan, tapi Bapak memang ndak ada respons. Terus mereka mengecek nadi Bapak, kan mau tahu detak jantung, tapi mulai melambat," jelasnya.
Harmen saat itu duduk di samping Helmut. Tindakan terakhir yang diambil dokter di dalam pesawat yaitu diberikan suntikan guna memacu jantungnya. Namun nadinya tak ditemukan akhirnya pemberian suntikan dibatalkan.
"Jadi tindakan terakhir dari dokter itu mau suntik adrenalin untuk pacu jantung. Cuma pas cari nadi Bapak, karena mungkin Bapak sudah kolaps, sudah tak dapat nadi Bapak. Cari beberapa tempat tidak dapat, jadi mereka batalkan itu suntik. Jadi keterangan dokter di pesawat cuma itu yang bisa dibuat, kemudian alat-alat tidak ada yang memadai sambil menunggu turun di Makassar masih 30 menit lagi untuk landing," ujar dia.
Tak lama setelah landing, Wabup Helmut langsung ditangani pihak dokter dari Bandara Hasanuddin, Makassar. Menurutnya, setelah memeriksa, dokter kemudian menjelaskan Wabup Helmud telah meninggal dunia.
"Pas tiba di Makassar, dokter karantina kesehatan naik di pesawat cek kondisi Bapak. Memang, waktu di pesawat, kedua dokter sudah periksa tangan Bapak mulai pucat. Sampai di ruangan masih diperiksa lagi. Menurut pandangan medis, gejala-gejala itu tandanya orang sudah meninggal," katanya.
Tim kepolisian akan usut dugaan
Kapolda Sulawesi Utara (Sulut) Irjen Nana Sudjana mengklaim pihaknya telah membentuk tim untuk mengusut dugaan tersebut. "Kami sudah menyusun tim terkait kasus ini," ujar Irjen Nana saat dimintai konfirmasi detikcom, Sabtu (12/6/2021).
Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan Polri juga menunggu respons dari keluarga. "Kita tanyakan dulu ke Sulut, bagaimana keluarganya," kata Argo saat dihubungi terpisah. (yp/ae)
Baca artikel selengkapnya di: DetikNews
Komnas HAM Dorong Polisi Usut Kematian Wabup Sangihe, Ini Alasannya
Fakta-fakta Kematian Wabup Sangihe yang Dinilai Janggal
Polisi Bentuk Tim Usut Kematian Wabup Sangihe yang Dinilai Janggal