Suriah Jadi Fokus Pertemuan G20
17 Februari 2017Dalam pertemuan tingkat menteri G20 yang digelar di Bonn, menteri luar negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, menghadapi tekanan dari mitra kerjanya yang mencari kejelasan tentang posisi Washington terhadap konflik Suriah.
Di sela-sela pertemuan G20 di Jerman, Tillerson bergabung dengan kelompok negara-negara yang mendukung oposisi Suriah untuk mendorong solusi damai dari perang saudara yang sudah berlangsung selama hampir enam tahun di negara itu. "Pertemuan G20 ini akan menjadi kesempatan untuk mengukur posisi Amerika dalam aspek politik dari masalah Suriah," kata seorang sumber diplomatik Perancis kepada kantor berita AFP.
Di bawah pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Barack Obama, Washington bersikeras Presiden Suriah, Bashar al Assad harus lengser. Keinginan AS ini bertentangan dengan sikap Rusia yang menjadi sandaran utama pemimpin Suriah itu. Sementara, presiden AS saat ini, Donald Trump telah menyerukan kerjasama yang lebih erat dengan Moskow dalam memerangi kelompok jihadis ISIS di Suriah.
Tekanan terhadap AS meningkat
Pertemuan G20 juga menjadi kesempatan bagi banyak menteri, termasuk dari Arab Saudi, Inggris dan Rusia, untuk mengadakan tatap muka pertama mereka dengan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson.
Para diplomat mengakui ingin mengetahui apa tujuan dari pernyataan Presiden Donald Trump menempatkan "Amerika sebagai yang pertama" serta ingin memahami kebijakan luar negeri baru Washington. Selama ini, jawaban yang mereka terima tidak menambah kejelasan atas pernyataan Trump itu.
Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, mengatakan terkait konflik Timur Tengah, Tillerson mengusulkan kemungkinan solusi lain, tidak hanya solusi dua negara untuk Israel dan Palestina. Sementara, dalam sengketa program nuklir Iran, Ayrault mengatakan kepada wartawan ia merasa "adanya titik perbedaan" setelah Tillerson mengatakan AS akan meninjau kesepakatan atom dengan Iran "dari awal."
Tillerson menegaskan setelah pertemuan sesi pertamanya di forum G20 dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov pada hari Kamis (16/02), bahwa AS berusaha bekerja sama dengan Moskow hanya jika hal tersebut "akan menguntungkan rakyat Amerika".
Mempererat kerjasama penanggulangan masalah global
Pertemuan tingkat menteri 20 negara-nregara industri dan negara berkembang utama global terkemuka G20 yang berlangsung di Bonn, Jerman, bertujuan mendorong kerjasama yang lebih besar untuk mengatasi konflik dunia saat ini. Juga sekaligus mencari upaya bersama untuk mencegah krisis di masa depan,
Dalam pertemuan ini, menteri luar negeri Jerman Sigmar Gabriel mengatakan, tidak ada satu negara pun yang bisa memecahkan masalah-masalah seperti perubahan iklim, terorisme dan migrasi massal secara sendirian. "Ini hanya bisa dilakukan lewat kerjasama dan keterbukaan," ujar Sigmar Gabriel kepada wartawan di Bonn, Jerman. Namun Gabriel menolak menjawab, apakah delegasi AS ikut berbicara mengenai hal itu.
Sigmar Gabriel, yang menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri G20 menyebutkan, Jerman juga menolak tuntutan untuk menaikkan anggaran pertahanan seperti diminta pemerintahan Donald Trump. Alasannya, Jerman telah banyak melakukan berbagai hal dalam penanganan pengungsi Suriah, Irak dan Afghanistan dan berkontribusi pada pembangunan internasional. Saat Jerman menerima hampir satu juta pengungsi.
Secara resmi, pembicaraan di Bonn berfokus pada pencapaian 17 tujuan pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2030. Mengenali dan mencegah krisis di masa depan, serta bantuan untuk Afrika, juga dalam agenda. Dalam isu hubungan trans-Atlantik, Gabriel menunjukkan bahwa Jerman sangat ingin meningkatkan hubungan dengan Rusia dan Cina, yang selama ini kadang-kadang mengalami ketegangan.
Setelah pertemuan G20 berakhir pada hari Jumat (17/02), beberapa negara anggota G20 akan melanjutkan pertemuan membahas tema keamanan global dalam Konferensi Keamanan Munchen. Wakil Presiden AS Mike Pence dijadwaklan akan membuat debut internasional.
ap/as(dpa/rtr/ap/afp)