Korsel Deklarasikan Perang Lawan Narkoba
21 April 2023Pemerintah Korea Selatan terkejut dan 'naik darah' setelah mendapat laporan, sekelompok pengedar narkoba dengan sengaja menargetkan anak-anak dengan menyodorkan minuman yang mengandung metamfetamin. Para tersangka tampaknya mengatakan kepada anak-anak bahwa "minuman berenergi" itu bisa membantu mereka belajar lebih baik.
Kasus ini semakin mengkhawatirkan, ketika ada laporan kelompok kriminal tersebut juga memeras orang tua anak-anak dengan ancaman akan melaporkan keluarga tersebut ke polisi, karena anak-anak mereka menenggak narkoba. Geng tersebut, yang terdiri dari tujuh orang Korea Selatan dan Cina, meminta 100 juta won Korea Selatan (sekitar Rp778.148.000) kepada salah satu orang tua.
Kejahatan narkoba mencapai titik tertinggi sepanjang masa
"Ini adalah insiden yang sangat mengejutkan," kata Asisten Profesor Politik dan Etika di Chungnam National University (CNU), Hyobin Lee. "Meskipun saya menyadari, Korea bukan lagi negara yang bebas narkoba, namun sungguh mengejutkan bahwa kejahatan narkoba sekarang bahkan memengaruhi anak di bawah umur."
Saat insiden teranyar mencuat, di mana tampaknya anak-anak di distrik Gangnam yang kaya di Seoul ditipu oleh pengedar, Lee meyakini anak muda Korea Selatan terpengaruh oleh perilaku orang-orang kaya dan terkenal di masyarakat.
"Jumlah pelanggaran narkoba telah melampaui 10.000 kasus per tahun sejak tahun 2015," katanya kepada DW. "Saya rasa peningkatan kejahatan terkait narkoba oleh selebriti dan penyalahgunaan narkoba oleh warga Korea yang tinggal di luar negeri, kini telah menyebar ke masyarakat umum."
Tahun lalu, jumlah penangkapan karena menjual atau memiliki narkoba mencapai titik tertinggi sepanjang masa dengan 18.395 kasus. Dengan lebih dari 2.600 penangkapan dalam dua bulan pertama tahun 2023 saja, rekor tahun lalu itu kemungkinan besar akan terlampaui.
Aktor terkenal Yoo Ah-in misalnya, ditangkap pada bulan Maret setelah dinyatakan positif menggunakan campuran obat-obatan, termasuk ganja, ketamin, kokain, dan propofol, sementara komposer K-pop dan selebritas televisi Don Spike didakwa pada bulan September karena menggunakan metamfetamin. Polisi pada bulan Mei menggerebek sebuah ladang ganja di Seoul barat dan menyita lebih dari 13 kg narkoba dengan nilai jual 281,7 juta won atau Rp3.176.871.750.
Peluncuran unit narkotika baru
Pemerintah Korea Selatan kini telah mendeklarasikan perang habis-habisan melawan kejahatan narkoba. Presiden Korsel Yoon Suk Yeol berpidato dalam rapat kabinet pada hari Selasa lalu, dan memerintahkan para menterinya untuk memberantas penyalahgunaan narkoba, dengan fokus khusus pada remaja. Yoon mengatakan, ia secara pribadi "mengkhawatirkan" bahwa kaum muda dapat memperoleh narkotika ilegal dengan mudah.
"Satu dekade yang lalu, Korea Selatan memiliki status sebagai negara bebas narkoba berkat koordinasi antara lembaga penegak hukum, seperti jaksa, polisi, penjaga pantai, otoritas kesehatan, dan petugas bea cukai," demikian pernyataan Yoon kepada para menterinya, sebagaimana dilansir Yonhap News. "Namun pada titik tertentu, pemerintah menjadi terlena, sehingga obat-obatan terlarang mulai menghancurkan tidak hanya pikiran orang biasa, tetapi juga harapan dan impian generasi muda kita," imbuh presiden Korsel itu.
Pemerintah di Seoul minggu ini mengumumkan pembentukan unit investigasi narkotika baru, yang terdiri dari 840 pejabat yang berasal dari berbagai lembaga pemerintah, untuk menegakkan langkah-langkah melawan kejahatan narkoba yang diperkenalkan akhir tahun lalu. Langkah-langkah baru ini termasuk tindakan keras terhadap iklan online untuk narkotika ilegal dan pembatasan bagi dokter yang meresepkan obat-obatan legal dalam dosis besar.
Pihak berwenang meningkatkan pendidikan anti-narkoba dan meningkatkan hukuman untuk kejahatan narkoba. Yoo Gyeong-joon, seorang politisi dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa pada tanggal 14 April mengajukan RUU yang akan mengizinkan pengadilan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada pengedar narkoba yang menjual narkotika kepada anak-anak.
"Pertanyaannya bukan apakah RUU tersebut terlalu ekstrem atau tidak, tetapi apakah RUU tersebut dapat dilaksanakan atau tidak," kata profesor Lee menambahkan. "Saya rasa itu tidak bisa diberlakukan karena pelanggar narkoba yang baru pertama kali melakukan tindak pidana biasanya berakhir dengan denda atau masa percobaan."
"Saya pikir kita harus berbuat lebih banyak untuk mendidik anak di bawah umur," tambahnya. "Saat ini, sekolah-sekolah mendidik siswa tentang bahaya merokok dan minum-minuman keras, tetapi tidak tentang narkoba. Pendidikan tentang bahaya narkotika harus disebarluaskan kepada para siswa dan masyarakat umum."
Korea Selatan bukanlah sebuah 'distopia'
David Tizzard, yang merupakan asisten profesor edukasi di Seoul Women's University dan kolumnis surat kabar mencatat, penyalahgunaan narkoba masih merupakan masalah yang relatif kecil dan Korea tetap merupakan negara yang aman. "Insiden baru-baru ini yang melibatkan anak-anak orag kaya dan narkoba di Gangnam sangat mengerikan," ia setuju. "Tentu saja, ada kecaman yang meluas dan pihak berwenang telah bergerak cepat untuk menyelidiki insiden tersebut."
"Namun, yang dikhawatirkan adalah bahwa orang-orang di negara lain akan menyoroti hal ini, dan akan segera memperkuat gambaran mereka tentang Korea Selatan dan negara-negara Asia lainnya sebagai distopia tekno-orientalis, yang dihuni oleh orang-orang yang tidak bahagia dan dipenuhi dengan kasus-kasus tragis seperti ini."
Tizzard menunjukkan, pada kenyataannya, hanya ada sedikit perilaku antisosial di jalanan. Taman dan area publik tidak penuh dengan grafiti dan alat untuk penggunaan narkoba, mahasiswa tidak datang ke kelas dalam keadaan teler atau berjalan-jalan dalam keadaan linglung, dan orang tua tidak khawatir anak-anak remaja mereka terlibat dalam narkoba atau kekerasan, katanya.
"Kisah ini menjadi berita karena sangat langka dan menonjol dalam masyarakat yang relatif bebas dari masalah narkoba yang meluas jika dibandingkan dengan Eropa atau Amerika Utara," tambahnya, seraya memperingatkan bahwa laporan semacam itu dapat "menciptakan citra yang salah di benak mereka yang tidak tinggal dan bekerja di sini." (ap/as)