Gelombang K-Pop Kian Luas Melanda Jerman
19 Agustus 2022Korea Selatan adalah salah satu pasar musik dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Alasannya tidak bisa dilepaskan dari K-pop. Genre musik yang kini mendunia ini telah menambah pendapatan negara itu hingga miliaran euro tiap tahunnya.
Sukses besar musik pop asal Korea Selatan ini memang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh media sosial dan jaringan komunitas penggemarnya, termasuk di Jerman.
Namun hype ini tidak berhenti di situ saja: Demam K-pop melanda semakin banyak orang di berbagai negara.
Mengapa warga Jerman bisa begitu terpesona dengan K-pop?
"K-pop adalah sesuatu yang membuat saya senang," kata Melissa Ndugwa. Perempuan berusia 21 tahun ini adalah salah satu pendiri K-Fusion Entertainment, kelompok penggemar K-pop terbesar di Jerman. Apa yang membuat Ndugwa begitu antusias tentang K-pop?
"Mendengarkan musik, berlatih koreografi dan kemudian menari bersama dengan orang lain sangat menyenangkan," ujar Ndugwa. Menari bersama bukan saja aktivitas populer di kalangan para penggemar, tetapi juga merupakan bagian sentral dari K-Pop.
Penampilan para "idol", demikian sebutan bagi bintang pop Korea, sama pentingnya dengan musik yang mereka bawakan. Kunci sukses mereka adalah melodi yang menarik, koreografi canggih, dan performa yang apik.
Frankfurt: kota metropolitan K-pop
Di bidang kecantikan dan mode, bintang K-pop juga menjadi panutan bagi banyak penggemar mereka. Dalam beberapa tahun belakangan ini produk kecantikan dan perawatan dari Korea berkembang pesat di Jerman.
Di beberapa kota di Jerman, termasuk di Frankfurt, bermunculan salon-salon yang menawarkan kosmetik dan perawatan kulit ala Korea. Frankfurt memang menjadi tempat tinggal bagi mayoritas komunitas Korea di Jerman, dan kota itu kini menjadi kota metropolitan K-pop Jerman.
Pada Mei 2022, festival K-pop skala besar pertama di Eropa diadakan di kota ini dengan dihadiri 70.000 penonton. Bertajuk Kpop.Flex, konser ini dihadiri oleh bintang-bintang seperti Monsta X, Mamamoo dan NCT Dream.
Bahkan, Seoul Broadcasting System (SBS), yakni stasiun televisi dan radio swasta dari Korea Selatan juga terlibat dalam penyelenggaraan acara tersebut. Nampaknya, mereka mulai berpikir bahwa Jerman bisa menjadi pasar yang menguntungkan.
"Sebenarnya komunitas K-pop di Jerman masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan di Amerika Serikat, Asia, dan negara-negara Eropa lainnya. Tapi, tahun ini kami melihat ada perubahan besar. Ada kian banyak konser digelar oleh artis Korea. Dan belum pernah ada festival di Eropa seperti di Frankfurt," kata Kocky B, pemimpin grup tari K-pop Shapgang.
Grup yang beranggota 12 orang dari Frankfurt ini telah tampil di berbagai kompetisi dan di TikTok, di mana mereka menarikan koreografi band K-pop populer dan menampilkan koreografi mereka sendiri.
Standar K-Pop adalah kesempurnaan
Kocky B mengatakan ketertarikannya pada K-pop berawal dari fokus pada elemen visual, tarian dan produksi yang penuh warna serta menyenangkan. Ini belum pernah ia lihat di industri musik Barat.
"Saat kami baru memulai, hanya sedikit orang yang tahu apa itu K-pop. Cenderung ditertawakan ketika menari," ungkap Kocky B. "Sekarang keadaannya sudah sangat berubah, karena industri K-pop menawarkan banyak peluang kerja bagi para penari. Sekarang orang-orang menyadari betapa pentingnya pasar ini. Banyak penari Barat disewa oleh label K-pop untuk mengembangkan koreografi."
Dalam koreografi K-pop, para idol menari dalam sinkronisitas yang sempurna, dan mereka melakukannya dalam kelompok yang bisa mencapai 20 anggota. Ini semua tentang sinkroni, komunitas - dan kesempurnaan. Ini juga berlaku untuk musik, ujar Isabelle Opitz, direktur editorial majalah budaya pop Jerman, K*bang Magazin.
"Musik itu sendiri diproduksi dengan standar yang sangat tinggi, dan penulis lagu dari kawasan Eropa sering terlibat. Suatu label akan membawa sebuah tim besar ke Korea. Sebagai penggemar, Anda tahu apa yang akan Anda dapatkan sejak awal," kata Opitz.
Peran sentral media sosial
K-pop juga mendapat tempat di hati penggemar karena adanya peluang besar untuk interaksi, kata Opitz. Fans menonton setiap video musik, setiap penampilan wawancara dan mendapatkan informasi tentang masing-masing anggota grup.
Selain itu, banyak idol yang membintangi serial atau film. Komunikasi lewat media sosial juga terkoordinasi dengan sempurna. "Melalui platform seperti Spotify dan YouTube dan jejaring sosial seperti Twitter, K-pop menjadi lebih mudah diakses; komunitas lebih terhubung," kata Opitz.
Ia memperkirakan bahwa saat ini, setidaknya ada satu orang di tiap-tiap kelas di sekolah di Jerman yang mendengarkan K-Pop.
Idol juga manusia
Namun di balik kesuksesan K-pop ada harga mahal yang mesti dibayar oleh para idol.
Berulang kali muncul bisik-bisik miring tentang adanya kontrak yang melarang para idol untuk menampilkan hubungan pribadi di depan publik. Ada pula laporan tentang gangguan makan dan bahkan bunuh diri di antara bintang K-pop.
"Dibandingkan dengan masa lalu, masyarakat kini lebih memperhatikan realitas industri," kata Melissa Ndugwa. Idol memang masih menjadi panutan, katanya, tetapi tidak lagi dipuja berlebihan.
"Di K-pop, adalah skandal jika seorang idol berkencan dengan siapa pun. Ada bintang yang dikucilkan, dan karena itu dan harus mengakhiri kariernya. Bagaimanapun, mereka hanyalah manusia."
ae/hp