1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikRusia

KTT Suriah di Rusia Pulihkan Pamor Bashar Assad?

7 April 2023

Untuk pertama kalinya Suriah diundang bertemu perwakilan Turki dan Iran di Moskow. Pertemuan itu sekaligus merupakan pengakuan terhadap kekuasaan Bashar al-Assad di Suriah. Angin perubahan juga dirasakan di kawasan Teluk

https://p.dw.com/p/4PmFD
Bashar Assad dan Vladimir Putin
Presiden Suriah, Bashar Assad (ki.) bersama Presiden Rusia, Vladimir Putin (ka.) di Moskow.Foto: Alexei Druzhinin/Tass/dpa/picture alliance

Bagaimana masa depan Suriah? Pertanyaan ini ingin dijawab dalam rapat konsultasi wakil menteri luar negeri Suriah, Turki, Iran dan Rusia di Moskow, Selasa (4/4) lalu. Agenda pembahasan hingga kini masih dirahasiakan. Namun menurut sumber kantor berita Reuters di Rusia dan Suriah, pertemuan itu akan segera disusul KTT menteri luar negeri di Moskow.

"Pertemuan tersebut menegaskan peran sentral Rusia di Suriah", kata Bente Scheller, pakar Timur Tengah di Yayasan Heinrich-Böll, Jerman. Kini untuk pertamakalinya Moskow mengundang Suriah ke konferensi. "Undangan itu juga menjadi konfirmasi bahwa Rusia adalah yang memutuskan apa yang terjadi di Suriah," imbuhnya. 

KTT di Moskow menghimpun negara-negara yang selama ini berseteru. Relasi antara Suriah dan Turki termasuk yang paling sulit. Kendati mengisyaratkan kesediaan negosiasi, Presiden Bashar al-Assad mengajukan persyaratan Turki menarik mundur pasukannya dari wilayah utara.

Can Assad be charged with war crimes?

Turki sebaliknya diyakini berkepentingan untuk berdamai dengan Suriah. Menjelang pemilihan umum, Presiden Recep Tayyip Erdogan ingin mengagendakan pemulangan pengungsi Suriah yang berjumlah jutaan orang. "Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah mengupayakan pemulangan," kata Regine Schwab, pakar Suriah di lembaga penelitian konflik, HSFK, di Jerman.

Adapun Iran ingin memperkuat pengaruhnya di Suriah, terutama menyusul normalisasi hubungan diplomasi dengan Arab Saudi. Dengan berkurangnya operasi militer di Yaman, "Iran kini punya kapasitas untuk memperkuat keberadaannya di Suriah," kata Schwab.

Situasi sulit bagi Israel

AS saat ini masih menempatkan ratusan serdadu di Suriah. Mereka utamanya bertugas memerangi sel-sel terakhir Islamic State. Namun begitu, para serdadu kian menghadapi risiko menjadi sasaran serangan milisi dukungan Iran. Pada 23 Maret lalu, seorang warga sipil AS tewas dan lima serdadu luka-luka menyusul serangan drone terhadap pangkalan militer di Hasakah.

Situasi ini menyulitkan Israel yang giat memerangi kelompok proksi arahan Teheran di Suriah. Selasa (4/4) silam jet tempur Israel menyerang sebuah target di dekat ibu kota Damaskus. "Perseteruan antara Iran melawan AS dan Israel bisa bereskalasi," kata Schwab lagi.

Saat ini Israel cenderung dikucilkan di Timur Tengah, setelah mengalami puncak diplomasi melalui Perjanjian Abraham. Setelah Uni Emirat Arab, Maroko dan Bahrain, Arab Saudi sedianya menjadi negara Arab terpenting yang ikut menjalin relasi dengan Israel. Namun Pangeran Mohammed bin Salman malah memadu damai dengan Iran dengan mediasi dari Cina.

Pihak yang paling diuntungkan dari perkembangan terayar di Timur Tengah adalah Bashar al-Assad. Betapapun juga, Suriah menjamin akses di Laut Tengah bagi Iran dan Rusia. Penguasa di Damaskus juga mendapat undangan dari Arab Saudi untuk menghadiri KTT Liga Arab di Riyadh, Mei mendatang. Undangan tersebut sekaligus merupakan pengakuan bagi kekuasaan Assad di Suriah.

Namun begitu, belum jelas apakah Assad bisa mengubah dukungan diplomatis menjadi pertumbuhan ekonomi. Hal ini diragukan oleh Bente Scheller, "lagipula siapa yang saat ini ingin berinvestasi di Suriah?"

rzn/as