Obama Sambut Kembalinya Tentara AS dari Irak
14 Desember 2011Presiden Amerika Serikat Barack Obama menerima secara resmi kedatangan kembali sejumlah pasukan terakhir AS yang ditarik dari Irak di pangkalan militer Fort Bragg, Carolina Utara. Upacara tersebut secara simbolis menandai berakhirnya perang Irak yang telah berlangsung selama sekitar sembilan tahun. Obama mengatakan, keadaan di Irak memang belum "sempurna" tetapi hingga tanggal 31 Desember nanti, jika pasukan Amerika Serikat ditarik secara damai, maka yang mereka tinggalkan adalah sebuah "bangsa yang stabil". Demikian diutarakan Obama hari Rabu (14/12) kepada tentara di Fort Bragg.
Bab luar biasa dalam sejarah militer AS berakhir
Obama selanjutnya menegaskan, "perang ini membawa serdadu pulang ke rumah dengan derap terakhir dan bukan serdadu yang baru saja selesai melakukan pertempuran yang terakhir." Dengan begitu, sebuah "bab luar biasa dalam sejarah angkatan bersenjata Amerika", berakhir, tambahnya.
Dalam pidatonya Obama menyinggung pertempuran-pertempuran pertama sembilan tahun yang silam melawan angkatan bersenjata di bawah pimpinan Presiden Irak saat itu, Saddam Hussein. Saat itu Obama masih menjadi senator di negara bagian Illinois dan kebanyakan serdadu yang hadir, masih di sekolah dasar. Kemudian perang yang menguras tenaga melawan pemberontak mulai merebak, ditandai dengan jebakan-jebakan bom, penembak yang bersembunyi dan pelaku bunuh diri.
Amerika tetap akan dukung Irak
Pada upacara tersebut Barack Obama didampingi Ibu negara, Michelle yang juga berbicara sebelum suaminya menyampaikan pidato. Presiden AS juga berbicara dengan keluarga seorang tentara yang tewas dalam perang. Sejak invasi tahun 2003, hampir 4.500 serdadu AS tewas di Irak dan sekitar 32.000 cedera.
Presiden kemudian menerangkan, setelah penarikan pasukan, Amerika tetap akan membantu Irak. Meskipun mayoritas warga Amerika mendukung penarikan dari Irak secara tuntas, sejumlah anggota Partai Republik mengkritiknya. Mereka menganggap, Obama meninggalkan Irak yang belum stabil dan membiarkan Iran menanamkan pengaruhnya di negeri itu.
Christa Saloh-Foerster/rtre/dapd
Editor: Marjory Linardy