Orang Asing Bisa Jadi Target ISIS Indonesia
25 September 2014Dalam sebuah laporan, Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) yang berbasis di Jakarta juga memperingatkan bahwa para militant asal Indonesia dan Malaysia yang bergabung dengan Islamic State atau ISIS kelihatannya telah membentuk sebuah unit militer di sana, yang membuat jaringan militan di negara itu semakin kuat.
Setelah rangkaian serangan atas orang asing selama sepuluh tahun terakhir, para ekstrimis Indonesia selama beberapa tahun terakhir telah mengarahkan kekerasan kepada “para musuh Islam“ domestik, yang sebagian besar adalah polisi. Tidak ada serangan atas orang asing sejak pemboman hotel Mariott pada 2009 yang menewaskan tujuh orang.
Namun sejumlah ulama terkenal radikal dan organisasi-organisasi Islam telah menyatakan dukungan kepada ISIS, dan para ekstrimis kini mencari persetujuan dari kelompok yang menyatakan pembentukan kekhalifahan itu, untuk melakukan serangan terhadap orang Barat, demikian menurut laporan tersebut.
Juru bicara ISIS Abu Mohamed al-Adnani dalam sebuah video yang diunggah hari Senin menyerukan kepada umat Islam untuk membunuh orang Barat yang negaranya bergabung dengan koalisi yang dipimpin AS untuk menyerang ISIS – khususnya warga Amerika dan Prancis.
AS melakukan serangan udara di Suriah dan Irak, sementara Prancis melakukan serangan di Irak atas berbagai target ISIS.
“Kapasitas secara keseluruhan para ekstrimis Indonesia masih rendah, tapi komitmen mereka kepada ISIS bisa terbukti mematikan,“ kata direktur IPAC Sidney Jones.
ISIS yang memenggal dua wartawan AS dan seorang pekerja sosial asal Inggris, telah menarik dukungan dari hampir semua kelompok militan yang masih berkomitmen mengobarkan jihad di Indonesia, kata laporan tersebut.
Namun hal ini mendorong kemarahan kelompok arus utama Islam Indonesia yang menolak kebrutalan ISIS.
Berdasarkan pemantauan media sosial dan wawancara, IPAC mengatakan sebuah unit militer Islamic State Indonesia-Malaysia telah dibentuk, yang dilaporkan bertujuan mendirikan sebuah negara Islam di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia dan Malaysia, adalah negara di kawasan yang sedang berjuang mencegah warganya bepergian untuk berjihad ke Irak dan Suriah dan kedua negara ini memantau dari dekat mereka yang kembali setelah ikut berperang bersama ISIS di sana.
Laporan ini menguraikan bagaimana dukungan untuk ISIS bermula dari keterlibatan segelintir orang Indonesia dalam sebuah diskusi kelompok secara online yang dibuat oleh kelompok Al-Muhajirun yang berbasis di Inggris pada 2005.
IPAC menyerukan penguatan sistem penjara di Indonesia. Mereka menggambarkan bagaimana Aman Abdurrahman, seorang ulama radikal yang berada di dalam penjara yang dijaga paling ketat, masih bisa menjalankan peran sebagai benang merah penghubung jaringan pro-ISIS di seluruh Indonesia.
Aman Abdurrahman juga mampu menerjemahkan dan menyebarluaskan pesan online ISIS termasuk video hari Senin lalu, melalui penjara.
ab/rn (afp, ap,rtr)