PBB: Pandemi COVID-19 Perlambat Vaksinasi Anak
15 Juli 2021Berdasarkan data yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (15/07), menunjukkan bahwa hampir 23 juta anak di dunia melewatkan vaksinasi rutin tahun lalu karena pandemi COVID-19. Angka tersebut 3,7 juta lebih banyak dibandingkan tahun 2019 dan merupakan yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir. Hal ini dikhawatirkan memicu wabah campak, polio, dan penyakit lain yang dapat dicegah.
Campak, salah satu penyakit paling menular di dunia, dapat berakibat fatal bagi anak-anak di bawah usia lima tahun, terutama di negara-negara Afrika dan Asia dengan sistem kesehatan yang lemah, demikian menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sementara penyakit polio dapat melumpuhkan anak seumur hidup.
'Badai sempurna'
Kesenjangan dalam cakupan vaksinasi global telah menciptakan "badai sempurna", membuat lebih banyak anak rentan terhadap patogen menular seperti banyak negara yang melonggarkan pembatasan COVID-19, demikian kata WHO dan UNICEF dalam laporan tahunan tersebut.
Hal ini berpotensi bukan hanya mendorong penularan COVID-19, tetapi juga memungkinkan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin untuk mulai menyebar.
"Ini adalah badai yang sempurna, kami membunyikan alarm peringatan tentang kondisi saat ini," ujar Kate O'Brien, direktur imunisasi WHO, dilansir AFP. "Kita perlu bertindak sekarang untuk melindungi anak-anak ini."
Vakin DTP untuk anak menurun tajam
Cakupan global untuk vaksin difteri, tetaus, dan pertusis (DTP) dilaporkan stabil pada angka 86 persen selama beberapa tahun terakhir, tetapi kemudian merosot ke angka 83 persen pada tahun 2020,
India dan Nigeria merupakan dua dari sepuluh negara teratas di mana anak-anak di sana tidak atau kurang mendapatkan akses vaksin DTP pada tahun 2020. Data juga menunjukkan anak-anak yang memperoleh vaksin DTP di Pakistan, Indonesia, dan Filipina menurun tajam.
Ada peningkatan yang mengkhawatirkan pada anak-anak "dosis nol", yakni mereka yang tidak mendapatkan vaksinasi apa pun, yang meningkat menjadi 17,1 juta anak tahun lalu dari yang sebelumnya 13,6 juta, ungkap Ephrem Lemango, kepala imunisasi UNICEF. Mayoritas mereka adalah yang tinggal di negara yang dilanda perang, terpecil, atau daerah kumuh.
Data juga menunjukkan sebanyak 66 negara tercatat menunda setidaknya satu kampanye imunisasi terhadap penyakit yang dapat dicegah, meskipun beberapa negara termasuk Meksiko telah memulai program untuk mengejar keterlambatan, lanjut laporan itu.
WHO: Jangan korbankan vaksinasi anak
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan agar negara-negara tidak mengorbankan vaksinasi rutin anak demi mempercepat jalannya vaksinasi COVID-19.
"Bahkan ketika negara-negara berebut untuk mendapatkan vaksin COVID-19, kita telah meninggalkan vaksinasi lainnya, membuat anak-anak dalam risiko terjangkit penyakit yang dapat dicegah, seperti campak, polio, atau meningitis," jelas Ghebreyesus dalam pernyataannya.
"Beberapa wabah penyakit akan menjadi bencana besar bagi masyarakat dan sistem kesehatan yang sudah berjuang melawan COVID-19, membuatnya lebih mendesak daripada sebelumnya untuk berinvestasi di vaksinasi anak-anak dan memastikan setiap anak mendapatkannya," imbuhnya.
rap/vlz (Reuters, AFP)