Penembakan Dua Perwira AS Berbuntut Panjang
25 Februari 2012Taliban mengaku mendalangi penembakan dua penasehat militer Amerika Serikat, yakni seorang letnan kolonel dan seorang mayor. Keduanya ditembak di bagian belakang kepala. Ada kecurigaan keterlibatan anggota polisi atau pegawai Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, karena penembakan terjadi di dalam gedung berkeamanan ketat. Setiap orang yang masuk harus menunjukkan identitas di pos pemeriksaan.
Juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, menyebut pelaku penembakan bernama Abdul Rahman. Mujahid menyatakan seorang kaki tangan dari kemendagri yang membantu Rahman masuk. Penembakan direncanakan sebagai balasan atas pembakaran Al-Qur'an di markas militer Amerika di Bagram. Sementara Washington melaporkan pelaku belum teridentifikasi dan masih dalam pengejaran.
NATO tarik semua personel
Komandan pasukan internasional ISAF, Jenderal John Allen langsung menarik seluruh personel NATO dari semua kementerian di Kabul. Namun Allen menekankan bahwa NATO tetap berpegang pada komitmen untuk membantu pemerintah Afghanistan.
Batu dan bom molotov beterbangan. Polisi Afghanistan membalas dengan melepas tembakan. Sedikitnya 28 orang tewas dan ratusan terluka dalam 6 hari terakhir. Di antara korban tewas adalah 2 tentara Amerika Serikat yang ditembak seorang tentara Afghanistan di depan markas Amerika di Nangarhar hari Kamis (23/2). Di Kunduz, lebih dari seribu demonstran ikut serta hari Sabtu (25/2). Unjuk rasa diwarnai pelemparan batu ke arah kantor PBB.
Strategi Amerika Serikat gagal?
Permintaan maaf dari Presiden Barack Obama tidak mampu meredam amarah warga Afghanistan atas insiden pembakaran Al-Qur'an yang dinilai merendahkan Islam. Kini insiden penembakan kemungkinan besar menciptakan momentum baru bagi pengkritik kebijakan perang Obama. Termasuk para kandidat presiden Partai Republik yang menilai permintaan maaf Obama sebagai tanda kelemahan Amerika Serikat.
Strategi pasukan koalisi internasional di bawah pimpinan Amerika adalah melawan pemberontakan Taliban dengan membangun kapasitas militer dan polisi Afghanistan. Strategi yang membutuhkan kepercayaan kedua belah pihak. Namun sejumlah insiden dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan para personel keamanan Afghanistan justru menarget partner asing mereka.
Sandra Petersmann/ap/Carissa Paramita
Editor: Christa Saloh-Foerster