Profesor Indonesia ini Dosen Terbaik di Universitas Jerman
20 September 2020“Ada yang introver, ada yang kritis dan sering menyampaikan pendapat, ada yang lelet, ada yang nakal, suka bolos, atau datang sebentar lalu cabut,” demikian Prof. Dr. -Ing. Hendro Wicaksono, yang tahun ini menyabet gelar dosen terbaik Universitas Jacobs, Bremen, Jerman saat menceritakan ratusan mahasiswa yang diajarnya. Mahasiswa-mahasiswa itu berasal dari lima benua, yang budayanya beda-beda. "Mereka punya nilai-nilai dan informasi dari negara masing-masing yang bisa dibagi. Jadi saya belajar banyak dari situ,“ tambahnya.
Sebagaimana mahasiswa di belahan dunia lainnya, ada saja mahasiswa internasionalnya pun yang nekat menyontek saat ujian. Mereka yang menyontek tentu langsung dinyatakan tidak lulus ujian. “Mata kuliah saya itu terkenal agak susah isinya, karena di teknik industri kan biasanya orang-orangnya lebih generalis. Sedangkan latar belakang saya informatika, jadi mata kuliah yang saya ajar banyak hubungannya dengan matematika atau programming. Tapi, saya berusaha supaya mereka tertarik, dan ternyata saya dapat feedback positif. Umpan balik positif itu bukan berarti saya memberi nilainya gampang memberi nilai bagus, melainkan konten dan inspirasinya penting bagi mereka,“ tutur Hendro.
Inspirasi! Inilah salah satu kriteria, selain kualitas mengajar, yang membuatnya terpilih jadi dosen terbaik di universitas internasional di Bremen, berdasarkan umpan balik dari mahasiswa. Hendro dinilai sangat bagus dalam memotivasi dan memberikan inspirasi kepada mahasiswa supaya tertarik untuk belajar lebih dari yang disampaikan oleh dosen. Lebih jauh lagi, inspirasi tersebut membuat mahasiswa tertarik memilih jalur karier yang ada hubungannya dengan materi yang diajarkan.
Hendro merasa beruntung bisa mengajar di perguruan tinggi di Jerman yang menganut kebebasan bagi dosen untuk mengajar dan melakukan penelitian. "Saya kadang-kadang mengoneksikan konten yang diajarkan dengan konteks Indonesia. Jadi misalnya saya mengajar smart city, itu saya koneksikan aplikasinya dengan konteks Indonesia. Mahasiswa dari Cina, dari India dari Eropa dapat juga saling berdiskusi, bagaimana perkembangan smart city di masing-masing negara. Jadi terjadi diskusi menarik di dalam kelas,“ papar Hendro.
Mulai dari kecerdasan buatan hingga kota pintar
Sejak tahun 2010 Hendro sudah aktif berkecimpung dalam kegiatan penelitian dengan bekerjasama dengan berbagai organisasi di Jerman, Uni Eropa, dan juga Indonesia. Tema penelitiannya berkisar pada manajemen data, manajemen pengetahuan dan kecerdasan buatan, beserta aplikasinya untuk tata kola penggunaan energi, optimasi proses di industri dan rantai pasok, termasuk juga smart city.
Penelitian yang dilakukannya mulai dari tingkat penelitian dan pengembangan, sampai tingkat inovasi. “Hingga saat ini saya dan tim berhasil mendapatkan dana hibah penelitian dengan jumlah total sekital tiga juta euro,” ungkap Hendro yang merupakan lulusan S3 dari bidang informatika untuk teknologi mesin, di Karlsruher Institut für Technologie, Jerman, sebuah jurusan yang menurutnya belum ada di Indonesia.
Pada tahun 2013 ia mengembangkan sistem untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi berbasis artificial intelligence yang digunakan di beberapa apartemen di Jerman, di kompleks perumahan di Eindhoven Belanda, serta kompleks perkantoran di Sevilla dan Barcelona, Spanyol.
Tahun 2014 sistem tersebut dikembangkan lebih lanjut dengan fitur tambahan di telepon pintar dan penggunaan berbagai macam sensor. Hasilnya digunakan di beberapa kantor pemerintahan di beberapa kota di kawasan Nordbaden, negara bagian Baden-Württemberg, Jerman. Riset sistem ini terus dikembangkan dan tahun 2015-2016 dan digunakan untuk sistem smart city di Cambridge, Inggris; Sevilla, Spanyol; dan Lizanello, Italia.
Brain gain melalui start up
Selain mengajar dan mengambangkan riset di Jerman, Hendro Wicaksono juga tengah mengembangakan start up yang bergerak di bidang perlindungan lingkungan dan layanan kesehatan. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan lingkungan di Indonesia melalui pemanfaatan teknologi. Tidak hanya penguasaan teknologi yang menjadi fokus start up ini, tapi juga tata kelola organisasi dan bisnis yang menyertai teknologi tersebut supaya bermanfaat secara nyata.
“Menurut kami, mendirikan start up adalah salah satu jalan terbaik supaya pengalaman dari Jerman dan penguasaan teknologi dapat bermanfaat secara luas dan terukur di masyarakat. Jika start up tersebut sukses berarti masyarakat juga menerima ide dan teknologi yang kita usung,” demikian ditekankan Hendro.
Makin cinta Indonesia sejak tinggal di Jerman
Pria yang menuntut ilmu dan bermukim di Jerman sejak tahun 2004 ini menceritakan ilmu dan pengalaman yang ia dapat selama belasan tahun di Jerman dalam hal tata kelola pendidikan, penelitian, dan inovasi, ingin ia kontribusikan untuk kemajuan Indonesia.
Ia mengatakan setiap tahunnya ia menghabiskan rata-rata dua bulan untuk tinggal dan beraktivitas di Indonesia, sebagai dosen tamu atau tenaga ahli, dan berbagi pengalaman yang ia dapat di Jerman, negara yang kualitas tata kelolanya diakui dunia. “Tapi saya melakukannya tanpa merepotkan pemerintah Indonesia. Kegiatan-kegiatan tersebut sering disponsori oleh pemerintah Jerman, yang mempunyai program untuk mendukung transfer ilmu pengetahuan dan teknologi “Made in Germany” ke negara-negara berkembang,” tutur Hendro.
Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktorat Jenderal Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Ahmad Saufi yang sudah lama mengenal Hendro Wicaksono menceritakan, Hendro adalah salah seorang diaspora Indonesia di Jerman yang aktif dalam seminar-seminar cendekiawan dunia. “Harapan saya semoga capaian Prof. Hendro ini dapat menginspirasi para pengajar dan peneliti di Indonesia agar mendarmabaktikan kepakarannya untuk kemajuan bangsa Indonesia.”
Dosen yang punya banyak hobi
Bukan Hendro Wicaksono jika tidak kelebihan energi. Ia dikenal sebagai dosen yang punya segudang hobi. Di antaranya, travel, fotografi, memasak, olahraga terutama bersepeda dan tenis meja, serta tidak ketinggalan, juga bermain musik.
"Biasanya saya menyempatkan diri untuk mengambil cuti beberapa hari setelah perjalanan dinas atau seminar ke luar negeri untuk melakukan tur semi-backpacking. Tempat-tempat yang pernah dikunjungi untuk semi-backpacking ini adalah daerah timur Kanada (Niagara, Hamilton, Toronto, Ottawa, Montreal), Andalusia (Spanyol), Italia selatan, Skotlandia, dan Turki, “ kata Hendro.
Dalam perjalanan-perjalanan tersebut Hendro juga menyempatkan diri untuk menyalurkan hobi fotografi dan memahami sejarah dan kondisi sosial-budaya setempat.
“Di waktu senggang, saya juga suka memasak, dari sekedar mencoba resep yang ada di internet sampai bereksperimen masakan baru. Jenis makanan yang sering masak adalah makanan Jawa Timur-an,” tambah Hendro yang memang juga berasal dari Jawa Timur.
Hendro selalu menyempatkan waktunya untuk bermain dan mengaransemen musik, terutama menggunakan gitar dan keyboard. “Awalnya ketika SMA saya bergabung dengan beberapa band yang memainkan lagu-lagu rock atau Britpop. Akhir-akhir ini saya sangat mengagumi lagu-lagu daerah Indonesia, seperti Lir-ilir dan Cublak-cublak Suweng, yang ternyata memiliki makna spiritual yang sangat mendalam,” ujar Hendro yang berharap pandemi corona segera berlalu dan bisa mudik lagi ke kampung halamannya tercinta, Indonesia.