Universitas Anak-Anak di Jerman
18 Oktober 2012Baru saja lorong-lorong di gedung Universitas Hamburg cukup lengang. Tapi tiba-tiba ratusan kaki kecil terdengar bergemuruh melalui lorong-lorong. Melewati pintu sayap samping, hampir seribu anak memasuki Audimax, ruang kuliah utama dan terbesar di Uni Hamburg. Setiap anak ingin mendapat tempat paling baik.
Jajaran pertama sudah terisi hanya dalam beberapa menit. Dan juga deretan kursi berikutnya amat cepat terisi. Suara gaduh anak-anak yang tegang ingin tahu, baik laki-laki maupun perempuan semuanya gembira. Ketika akhirnya "perkuliahan" dimulai, mereka melepaskan ketegangannya dengan sorak sorai dan tepuk tangan.
Tidak biasanya Profesor Fisika Robi Banerjee dari Universitas Hamburg mendapat sambutan sedemikian rupa, jika ia memasuki ruang kuliah. Satu tahun sekali Universitas Hamburg menawarkan rangkaian mata kuliah bagi anak-anak. Kali ini di buku panduan jadwal kuliah tercantum pk. 8 - 12 Astrofisika. "Jika kita membahas soal bintang, kita mula-mula membahas pertanyaan, apa sebetulnya sebuah bintang," demikian Banerjee memulai kuliahnya.
"Bintang Menurut Saya Menarik"
Anak-anak perempuan dan laki-laki mendengarkannya dengan penuh perhatian. Di samping kartu tanda mahasiswa yang diperoleh setiap anak, di bangku kuliahnya juga terlihat buku kecil dan bolpen. Banyak anak ikut menulis dengan rajin apa yang dijelaskan sang profesor. "Dengan begitu saya dapat mengingatnya lebih baik", kata Dana yang berusia 9 tahun dan duduk di deretan pertama. Juga Moritz dan temannya ikut mencatat semuanya. Misalnya, di mana bintang terdiri dari gas dan debu, bahwa matahari dapat membakar empat juta ton materi dalam satu detik, dan persediaan bahan bakar di matahari cukup hingga 10 ribu milyar tahun. Moritz menilai kuliah itu menarik. Dan ia memang memiliki minat besar pada bintang.
Universitas Hamburg sudah melakukan jajak pendapat, tema-tema mana yang menarik bagi kelompok anak usia tersebut," demikian dijelaskan Gaby Gahnström dari tim organisasi konsep Kinderuni atau Universitas untuk Anak-anak. Dari setiap enam fakultas selanjutnya dipilih sebuah tema untuk masing-masing enam mata kuliah yang diberikan. "Bagi universitas, Kinderuni adalah bentuk yang bagus untuk menampilkan diri secara positif terhadap publik," ujar Gahnström. Namun ia terutama mengharapkan bahwa anak-anak membawa pulang kesan bahwa universtas adalah hal yang menarik dan mereka mengerti apa ilmu pengetahuan itu.
Tidak Ingin Menjadi Saingan Sekolah
Meski demikian universitas anak-anak tidak ingin menyaingi sekolah, melainkan ingin lebih meningkatkan minat dan memenuhi rasa ingin tahu anak-anak. Itu pula yang menjadi tujuan pendiri Universitas Anak-Anak pertama di Jerman. 10 tahun yang lalu UniversitasTübingen adalah universitas yang pertama kalinya membuka pintu ruang kuliahnya bagi mahasiswa-mahasiswa cilik. Dan dari situ gagasan Kinderuni atau Universitas Anak-Anak menjadi berkembang. Di Jerman saat ini ada lebih dari 70 Kinderuni. Di dunia bahkan sudah ada lebih dari 200 Kinderuni pada lebih dari 20 negara. Baru-baru ini perguruan tinggi di Kanada meminta kerja sama dengan Universitas Hamburg untuk Universitas Anak-Anak.
Menarik Minat Anak untuk Universitas
Sementara itu di Audimax (ruang kuliah terbesar) Universitas Hamburg, anak-anak sudah mengunjungi matahari ke bagian jagad raya lainnya. Robi Barnejee membawa mereka mengenal mata kuliah spesialisasinya. Di observatorium Hamburg antara lain dengan bantuan simulasi komputer, ia meneliti bagaimana terbentuknya bintang. Dan justru itulah yang kini akan ia jelaskan kepada pendengar-pendengar ciliknya. Ia menilai hal yang menarik menggugah minat anak-anak terhadap Universitas. Dan mungkin untuk jurusan astrofisika, kata Banerjee.
Bagaimanapun ia juga ingin agar isi kuliah yang diberikannya, ada yang tersimpan di benak anak-anak. Untuk itu dengan bantuan layar besar ia menampilkan rekaman-rekaman dari angkasa luar dan kadang menggunakan kata-kata asing dalam penjelasannya. Tapi dalam waktu setengah jam anak-anak tampaknya dapat menyerap semua itu. Ketika akhirnya mereka boleh mengajukan pertanyaan, hampir semua mengacungkan jarinya ke atas. Verena misalnya ingin tahu apakah Bumi dapat terbentuk baru. Anak perempuan lainnya bertanya, bagaimana bintang bercahaya. Dan Lukas bertanya, apakah di angkasa luar juga terdapat bakteri.
Tidak semua anak dapat giliran mengajukan pertanyaan. Dan ketika kuliah berakhir, mereka bukannya berbondong-bondong pergi keluar, melainkan menyerbu ke depan untuk meminta tanda tangan dari sang profesor. Dengan sabar Robi Banerjee membubuhkan tanda tangannya pada kartu-kartu mahasiswa ciliknya sambil masih menjawab banyak lagi pertanyaan.
Ia amat gembira dengan serbuan itu. "Hal yang sungguh luar biasa bersama-sama dengan orang-orang yang memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Mahasiswa saya hampir tidak pernah mengajukan pertanyaan."