Sekolah Tiga Agama di Jerman
10 September 201222 murid sekolah dasar di Osnabrück ada yang beragama Kristen, Islam dan Yahudi. Ini bukan hal yang aneh di Jerman. Bedanya, di sekolah Johannis ini mereka bisa mengikuti pelajaran agama sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut. Ini yang pertama kalinya di Jerman: Sekolah tiga agama. Jadi, para murid seperti biasa belajar bersama bahasa Jerman, matematika, musik dan ilmu pengetahuan. Namun, mereka dipisah saat pelajaran agama.
Selain itu, anak-anak diikutsertakan dalam proyek yang tujuannya bisa mengenali perbedaan agama mereka masing-masing. Ritual agama dikenalkan. Hari raya agama juga memainkan peranan. Saat bulan puasa Ramadhan misalnya, tidak digelar pesta-pesta sekolah. Pada hari raya Yom Kippur, anak-anak Yahudi tidak harus bersekolah.
"Kami ingin agar para murid memperluas kompetensi dialog beragama mereka. Mereka juga harus lebih memiliki kebebasan dalam menjalankan kepercayaannya dan menghormati agama orang lain", kata Winfried Verburg perwakilan keuskupan Osnabrück, penanggung jawab sekolah tiga agama tersebut.
Perlawanan dari politik
Konsep sekolah tiga agama ini berasal dari situasi darurat. Dulu, sekolah Johannis murni sekolah Katolik. Namun, beberapa tahun yang lalu, semakin sedikit murid Katolik yang mendaftarkan diri disana. Berdasarkan hubungan baik dengan komunitas Muslim dan Yahudi, muncul ide untuk mendirikan sekolah tiga agama. Proyek ini menjadi bahan perdebatan. Fraksi dewan sosial demokrat (SPD) dan Partai Hijau menolaknya dengan alasan, integrasi sudah terjadi di sekolah negeri, khususnya pada sekolah yang banyak memiliki murid keturunan migran.
Simbol agama berbeda-beda di kelas
Biasanya hiasan yang digantung di dinding ruangan kelas sekolah Johannis hanya salib. Ini akan berubah. Simbol-simbol agama Islam dan Yahudi kelak juga bisa ditemukan. Pada jam pelajaran agama pertama, simbol-simbol tersebut akan dijelaskan. Guru agama Islam Annett Abdel-Rahman mengenakan jilbab, sementara rekannya yang Yahudi memakai kippah. "Bagi saya penting untuk memaparkan persamaan agama-agama Samawi kepada para murid."
Makanan kantin disesuaikan
Hanya ada dua murid Yahudi yang terdaftar di sekolah tiga agama. "Ini istimewa bagi saya. Pelajaran bisa berjalan lebih intensif, tidak seperti di kelas lain", ujar guru agama Yahudi Sebastian Hobrack. Ia berusaha tidak menaruh harapan terlalu besar bagi konsep baru sekolah ini. Banyak masalah yang harus diatasi terlebih dahulu. Seperti pada jam makan siang. Makanan yang tersedia harus sesuai dengan ajaran agama Kristen, Islam dan Yahudi.
Tapi para orangtua tetap antusias dengan sekolah tiga agama ini. Ibunya Rahel terkesan lega. "Disini Rahel bisa secara terbuka hidup dengan identitasnya sebagai kaum Yahudi." Seorang ayah yang Muslim ingin agar murid perempuannya mendapat pelajaran, bahwa manusia memiliki derajat yang sama, tidak ada hubungannya dengan agama yang dianutnya. Sementara seorang ayah yang Katolik berharap, ia juga bisa turut belajar dari pengetahuan tentang agama lain yang diperoleh anak laki-lakinya di sekolah.