Karir Kurang Penting
9 Januari 2014Yang tampak adalah sebagian lapangan di depan katedral kota Milano. Lukisan karya Gerhard Richter berkesan seperti foto hitam-putih yang tidak tajam. Tapi seorang pembeli baru membayar 39,5 juta Dolar untuk karya itu. Dengan penjualan bagus seperti itu, seniman Jerman seperti Gerhard Richter, Neo Rauch atau Andreas Gursky tidak perlu hidup khawatir lagi secara finansial. Tapi hanya sedikit seniman yang masih hidup bisa menikmati kesuksesan itu. Sebagian besar harus mengalami kesulitan keuangan.
Tahun ini saja sekitar 4.800 orang mendaftarkan diri pada jurusan seni rupa, seni lukis, seni patung atau studi media baru di sekolah tinggi. Mereka menjamin karya-karya baru seniman muda di pasaran. Pasarannya terutama galeri seni dan pameran. Demikian keterangan perusahaan Wallrich Asset Management AG, yang mengurus harta klien swasta yang kaya.
Galeri Jadi Langkah Awal
Galeri seni jadi wadah kerjasama antara pemilik dan seniman, kata seorang pemilik galeri di Köln, Bertold Pott. Pemilik galeri membangun jaringan bagi seniman, mempertemukan orang dan menyediakan tempat untuk pameran. Ia juga jadi mitra pemberi saran dan mitra untuk tukar pikiran. Seniman yang memamerkan karya di galerinya dipilihnya sendiri secara teliti. Pott menjelaskan, seniman biasanya dikenalnya lewat kenalan, teman atau seniman lain. Bisa juga dari majalah atau bertemu dalam pameran. Ada juga seniman yang datang ke galerinya dan memperkenalkan diri.
Bagi seniman muda ia menyarankan, yang paling penting memamerkan karya dulu bersama seniman lain. Jadi hubungan dengan penyelenggara pemeran paling penting, jangan memikirkan keuntungan finansial terlebih dahlu. Dua atau tiga tahun setelah selesai kuliah baru mengikat diri dengan galeri tertentu.
Langkah Pertama: Off Space
Menurut Alwin Lay, yang termasuk seniman muda dan masih berada di awal karir, ketika masih kuliahpun orang harus sudah mulai mencari peluang untuk memamerkan karyanya. Lay dulunya kuliah di sekolah tinggi seni rupa di Köln dan Düsseldorf. Ia tinggal di sanggarnya di Köln. Tempat tinggalnya sesuai dengan klise seniman: ruang besar yang terang, dapur kecil, sebuah tempat tidur, meja tulis, dan di tengah ruangan berdiri meja makan. Mebel-mebelnya tampak seperti dibeli di pasar loak.
Ia mencari nafkah dengan bekerja sebagai asisten seniman lain. Ia kadang-kadang juga membuat dokumentasi pameran. Ia juga kerja sukarela sebagai kurator tempat pameran di Köln yang bernama Simultanhalle, sebuah tempat pameran yang disebut 'off space'. Tempat pameran seperti ini sering diorganisir seniman atau mahasiswa jurusan seni, yang memamerkan karyanya di sanggar, ruang-ruang kosong atau bahkan di rumah milik seniman. Tempat semacam itu adalah kesempatan awal memamerkan karya seni bagi seniman, dan bukan untuk mencari nafkah.
Tradisi Panjang: Persatuan Seniman
Seni modern juga disokong lebih dari 300 persatuan seniman di Jerman. Mereka juga tidak bertujuan komersil. Ini adalah tradisi yang umurnya sudah lebih dari 200 tahun di Jerman, Austria dan Swiss. Lebih dari 150.000 anggota membiayai karya seni baru lewat iuran keanggotaan.
Yang mendapat sokongan biasanya seniman yang sudah mulai terdengar namanya. Tetapi seniman yang baru kadang juga punya kesempatan mempertunjukkan karyanya di perkumpulan itu. Demikian dijelaskan Meike Behm, kepala ikatan seni Lingen. Jika sudah dapat kesempatan itu, maka haluan awal bagi karya seni sudah cukup baik.
Struktur Bagus, Keterbukaan Kurang
Karena adanya persatuan seniman, pemilik galeri Bertold Pott menilai situasi seniman muda di Jerman sangat baik. Tapi bukan itu saja. Di Jerman juga ada institusi dan struktur yang mendukung, berbeda dengan negara-negara di dalam dan di luar Eropa. Tetapi menurut Pott, kesediaan masyarakat dan keterbukaan untuk memberikan kesempatan serta mempertunjukkan karya seniman muda lebih besar di negara-negara Benelux dan di AS.
Biasanya seniman harus hidup dari pekerjaan sampingan. Menurut asuransi khusus untuk seniman, KSK, rata-rata pemasukan seniman jurusan seni rupa per tahunnya sekitar 19.000 Dolar. Bagi seniman muda Alwin Lay uang bukannya tidak penting, tetapi tidak memainkan peranan utama dalam berkarya. Menurutnya, "Jika seorang seniman sejak awal hanya membuat karya dan membuat strategi untuk menjual karya di pasaran, maka ia akan menjadi jahat dan itu tampak dalam karyanya."