Pelajaran Agama Islam di Sekolah Jerman
22 Agustus 2013Suasana di sekolah dasar Duisburg-Marxloh di kawasan Ruhr: 18 murid beragama Islam dari kelas 2-A masuk ke ruangan kelas. Gurunya adalah Huseyin Cetin. Pertama-tama mereka menyanyikan sebuah lagu memuji kebesaran Allah. Setelah itu, dibahas tema pelajaran tentang sikap menolong. Guru bertanya, siapa yang pernah membantu orangtuanya di rumah. Beberapa murid langsung mengangkat tangan.
Sejak tahun lalu, di sekolah dasar negara bagian Nordrhein Westfalen ada mata pelajaran agama Islam. Nordrhein Westfalen adalah negara bagian pertama yang menawarkan mata pelajaran ini. Tapi sampai sekarang masih ada kesulitan menerapkan pelajaran Agama Islam. Di kawasan Ruhr, diperkirakan ada sekitar 100.000 murid beragama Islam. Tapi yang bisa mengikuti pelajaran Agama Islam hanya sekitar 2000 murid. Artinya, hanya dua persen murid muslim yang bisa mengikuti pelajaran agamanya. Masalahnya: tenaga pengajar tidak cukup.
Menteri Pendidikan Nordrhein Westfalen Sylvia Löhrmann menerangkan, masih dibutuhkan waktu untuk mencetak tenaga pengajar. Mulai tahun pelajaran yang baru bulan September mendatang, situasi diharapkan sudah lebih baik.
Pengetahun murid berbeda-beda
Pendidikan guru pelajaran agama Islam di universitas Jerman memang baru dimulai. Di Universitas Münster sudah dibuka jurusan Pedagogi Islam. Tapi lulusan pertama baru ada tahun 2017. Sampai sekarang, mata pelajaran agama Islam diajarkan oleh tenaga pendidik lulusan dari luar negeri.
Huseyin Cetin mengajar di sekolah dasar Duisburg Marxloh. Dia belajar teologi dan pedagogi di Universitas Uludag di Turki. Sejak tahun 1999 dia sudah mengajar di kelas percobaan di Jerman.
Pengetahuan dasar para murid tentang Islam sangat berbeda-beda, kata Cetin. Tergantung apakah murid sudah pernah mengikuti pelajaran di mesjid. Pengetahuan tentang Islam juga tergantung dari negara asal orangtua murid.
"Tugas kami sebagai pengajar adalah menyatukan pengetahuan dasar yang berbeda-beda, dan, kalau ada, mengoreksi informasi yang salah", kata Cetin.
Terlalu sedikit buku pelajaran
Sekolah yang belum memiliki guru agama Islam, memberikan pelajaran pengetahuan umum tentang Islam, yang berbeda dengan pelajaran agama. Pengetahuan umum ini tidak termasuk doktrin-doktrin agama.
Mouhanad Khorchide mengajar Pedagogi Islam di Univeritas Münster. Khorchide yang mengusulkan untuk memasukkan mata pelajaran Pengetahuan Islam dalam kurikulum sekolah, karena belum cukup guru agama Islam.
Tenaga pengajar untuk pengetahuan umum Islam direkrut dari guru-guru beragama Islam yang sekarang mengajar mata pelajaran lain, tapi tidak mengajar tentang Islam. Mereka mendapat pendidikan khusus dengan sertifikat sebagai pengajar Pengetahuan Islam.
Pengakuan peran agama Islam di Jerman
Salah satu yang mengikuti pendidikan khusus itu adalah Aziz Foodladvand. Di mengajar Pengetahuan Islam di beberapa sekolah di kota Bonn. "Tapi kami kekurangan buku pelajaran", katanya. Memang ada buku pelajaran berjudul "Saphir" untuk kelas lima dan enam. Tapi tidak ada buku pelajaran untuk kelas selanjutnya.
"Jadi saya mencari tema dan bahan sendiri untuk kelas-kelas selanjutnya. Tapi ini perlu waktu banyak", keluh Foodladvand. Dalam pelajaran ia mencoba berdiskusi tentang berbagai tradisi di negara-negara Islam. "Sering terjadi debat sengit, tapi pelajaran ini sangat produktif", katanya.
Menurut Mouhand Khorchide, gagasan memasukkan mata pelajaran agama Islam dis ekolah mendapat sambutan cukup positif. Banyak mahasiswa yang ikut kuliah Pedagogi Islam. Organisasi Islam di Jerman menyambut gagasan ini. "Ini adalah tanda bahwa agama Islam sudah diakui di Jerman. Warga muslim punya hak yang sama dengan warga yang lain," ujarnya.