Keunggulan Teknologi Antariksa Cina
17 Juni 2013Misi antariksa terkini Cina dimulai pekan lalu saat pesawat antariksa yang membawa tiga astronot diluncurkan ke orbit untuk menjalani misi selama 15 hari. Setelah pesawat merapat ke stasiun antariksa, para awak akan menjalankan eksperimen pengobatan dan ilmiah di laboratorium antariksa eksperimen , Tiangong 1. Tiangong, artinya istana langit, adalah bukti ambisi Cina untuk menjadi yang terdepan dalam bidang antariksa.
Program Antariksa Ambisius
Militer Cina, yang bertanggung jawab bagi penerbangan antariksa, ingin membangun stasiun antariksa hingga 2020 yang sama besarnya dengan pusat antariksa MIR milik Uni Soviet dan akan ditempati astronot peneliti secara terus-menerus. Setiap penerbangan ke antariksa semakin mendekatkan Cina dengan ambisi tersebut.
Misi dengan pesawat antariksa Shenzhou 10 dilakukan sepuluh tahun setelah Cina menerbangkan astronot pertamanya ke luar angkasa. "Shenzhou 10 akan merapat dua kali ke stasiun," jelas Wu Ping, juru bicara program antariksa Cina. "Sekali secara otomatis, dan kedua kali dikendalikan oleh astronot." Penerbangan antariksa dianggap sangat penting di Cina dan diikuti penuh minat oleh warganya.
Kerjasama Ilmiah dengan Jerman
Eksperimen ilmiah pada gravitasi nol tidak akan memainkan peran besar dalam misi ini. Pada misi tak berawak tahun 2011, Shenzhou 8, Cina berkolaborasi dengan ilmuwan Jerman.
Pusat penelitian aeronotika dan antarika Jerman (DLR) menyediakan SIM-box, atau Science in Microgravity bagi penerbangan angkasa orbital. Dalam misi tersebut dilakukan 17 eksperimen biologi dan pengobatan. Saat itu, Gerd Gurppe, anggota eksekutif dewan misi antariksa membanggakan kerjasama dengan Cina. "Kami berhasil melewati Tembok Cina dan mewujudkan kemitraan dalam penerbangan pesawat antariksa berawak bagi Jerman."
Kini, Cina telah unggul atas Eropa dalam bidang penerbangan antariksa dan berada di peringkat ketiga setelah Rusia dan Amerika Serikat sebagai negara yang paling sering menerbangkan pesawat berawak ke antariksa. Bagaimana dengan reaksi NASA, bisa disimak pada halaman kedua.
NASA akan menghentikan penerbangan antariksa berawak setidaknya selama tiga tahun, setelah misi berikutnya berakhir. Eropa punya pengetahuan teknis untuk merakit pesawat antariksa berawak sendiri, tapi tanpa ambisi politik untuk proyek semacam itu. Ini alasan mengapa astronot Eropa harus terbang ke luar angkasa dengan negara lain. Selain AS dan Rusia, Cina bisa menawarkan sarana untuk mencapai orbit bagi astronot Eropa.
Astronot Belajar Bahasa Cina
"Kami mencari kesempatan untuk menggunakan stasiun antariksa Cina," kata Thomas Reiter bulan lalu. Reiter adalah pimpinan operasi penerbangan antariksa berawak dari badan antariksa Eropa (ESA). "Beberapa astronot ESA sudah mulai belajar bahasa Cina."
Selama ini astronot ESA hanya terbang ke stasiun antariksa internasional (ISS). ISS dikelola AS, Rusia, Jepang, Kanada, ESA dan beberapa negara Eropa. Cina telah beberapa kali mengajukan tawaran untuk terlibat dalam pengelolaan ISS, namun ditolak oleh Amerika Serikat. Tahun lalu, pada konferensi ISS di Berlin, direktur NASA Charles Bolden mengatakan pemerintah AS meminta NASA untuk tidak bekerja sama dengan Cina.
Tidak Ada Pilihan Lain?
Motivasi di balik program antariksa Cina lebih merupakan upaya mendapat pengakuan internasional dibandingkan alasan ilmiah. Negara ini sepertinya percaya, bahwa pengakuan tersebut tidak akan diperoleh melalui stasiun antariksa kecil milik sendiri, tetapi dengan mencapai kemajuan yang sama dengan Amerika Serikat dan Rusia.
Pernyataan resmi dari pemerintah Cina sejak lama mengutarakan pentingnya kerjasama internasional dan keinginan negara tersebut untuk terlibat dalam joint venture jika "saling menguntungkan bagi kegunaan antariksa untuk tujuan damai dan bagi proyek yang dikembangkan secara bersama."
Sepertinya, para mitra ISS kelak tidak punya pilihan selain mulai menggunakan sarana transportasi Cina, setidaknya untuk menghemat uang. Lagi pula langkah tersebut akan menjadikan ISS sebagai stasiun ilmiah yang benar-benar global.