Tidak Mau Kena Masalah, Pelancong Rusia Hindari Eropa
5 September 2022Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, banyak hal berubah bagi warga negara itu. Roket Rusia yang menghujani Ukraina langsung disusul oleh sanksi internasional. Nilai mata uang rubel anjlok, rekening bank dan kartu kredit Rusia diblokir di luar negeri. Perjalanan internasional tiba-tiba menjadi jauh lebih rumit bagi rakyat jelata Rusia.
"Minat akan travel banyak yang menguap pada akhir Februari dan Maret, tapi ini tidak termasuk perjalanan bisnis dan kunjungan keluarga," kata Olga Smyschlaeva dari agen perjalanan Wanderlust Travel Studio di Moskow, Rusia.
Saat itu, banyak pemesanan perjalanan wisata yang dibatalkan dan rencana liburan yang ditunda.
Destinasi premium tetap populer
Namun pada bulan Mei orang-orang kaya Rusia mulai kembali berpelesir, utamanya ke Maladewa, Mauritius, dan Turki. Permintaan untuk liburan mewah kembali tumbuh. "Orang-orang terbiasa dengan realitas baru (bahwa Rusia sedang berperang) dan mulai beradaptasi dengannya," kata Smyschlaeva.
Pada pertengahan Mei, hanya beberapa minggu sebelum liburan musim panas Rusia, banyak yang mulai memesan hotel kelas atas di luar negeri, kebanyakan di Turki. Hotel-hotel kelas atas di Turki, dan hotel-hotel di sepanjang pantai Aegea yang populer pun habis di-booking, kata Smyschlaeva.
Turki tetap menjadi tujuan wisata yang sangat populer bagi orang-orang kaya asal Rusia, menurut Artur Muradjan dari agen perjalanan Space Travel. Hal yang sama berlaku untuk Maladewa. Sementara penerbangan langsung dari Rusia ke Uni Eropa telah ditangguhkan, warga Rusia tetap berdatangan ke UE.
Rubel kembali menguat
Yunani dan Italia juga sangat populer di kalangan wisatawan Rusia, kata Muradjan. "Ini adalah negara-negara yang toleran terhadap turis Rusia." Dia juga memperkirakan banyak rekan senegaranya yang juga akan melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab serta Asia Tenggara pada musim gugur dan musim dingin tahun ini.
"Untungnya, ada banyak penerbangan yang melayani wilayah ini," kata Muradjan kepada DW, seraya menambahkan bahwa perjalanan ke luar negeri menjadi lebih terjangkau bagi orang Rusia sejak rubel pulih berkat intervensi pemerintah Rusia.
Hindari "negara-negara tidak bersahabat"
Jumlah wisatawan Rusia yang tertarik menghabiskan liburan di Eropa kini menjadi lebih sedikit dibandingkan sebelum invasi. Alasannya ada dua: pembatalan penerbangan langsung ke dan dari Uni Eropa, serta penerapan sanksi terhadap Rusia.
"Tidak ada yang ingin bepergian ke negara-negara yang tidak bersahabat, karena tidak ada yang tahu apakah ini akan dipakai untuk menyerang mereka di kemudian hari," kata Muradjan.
Keputusan Uni Eropa baru-baru ini untuk membatasi akses visa bagi warga Rusia juga akan semakin membuat wisatawan negara itu enggan mengunjungi blok UE.
Rusia memang menganggap sebagian besar negara Uni Eropa sebagai "negara yang tidak bersahabat" karena menerapkan sanksi anti-Rusia dalam perang Ukraina. Juru bicara Kremlin Dmitry Sergeyevich Peskov mengatakan langkah itu dirancang untuk mengurangi kontak dengan negara-negara tersebut. Sebagai akibatnya, negara-negara yang tidak bersahabat ini dikenakan batasan dalam mempekerjakan staf lokal untuk bekerja di kedutaan mereka di Rusia.
Terlepas dari tantangan ini, rupanya orang-orang kaya asal Rusia belum sepenuhnya menyerah dan berusaha mengunjungi Eropa. Olga Smyschlaeva mengatakan rekan senegaranya masih ada yang berusaha untuk berwisata ke Italia, Prancis, dan Spanyol, meskipun kini untuk sampai ke negara-negara itu harus menempuh jalan memutar lewat negara-negara seperti Turki, Serbia, atau Finlandia.
Bandara Helsinki di Finlandia misalnya, penuh dengan turis kaya asal Rusia. Alasannya sederhana: Finlandia mudah dijangkau dari Rusia melalui darat. Dari sana tersedia penerbangan langsung ke berbagai ibu kota Eropa.
"Kami tidak melihat adanya Russophobia atau prasangka (di Eropa)," kata Smyschlaeva. Selama pandemi COVID-19, banyak orang Rusia yang ingin memang ingin mengunjungi Eropa, tambahnya. Jadi sekarang adalah saatnya untuk menebus keinginan ini meskipun biaya tiket penerbangan melambung dan perlu melakukan transfer.
Anastasia Umovskaja dari grup pariwisata bernama Klutchi mengatakan minat untuk bepergian ke negara-negara Afrika dan Amerika Latin juga tumbuh. Menurutnya, alasan ekonomi dapat menjelaskan pergeseran tren ini. "Saat ini, melakukan perjalanan memutar untuk terbang ke Eropa sama mahalnya dengan terbang ke Afrika Selatan."
Urusan bayar-membayar jadi lebih rumit
Bagaimana dengan kaum ultra-kaya asal Rusia? Apakah pilihan perjalanan mereka berubah sejak perang di Ukraina dimulai? Apakah mereka juga kian sulit untuk menyewa yacht dan jet pribadi di negara Barat? "Untungnya, kami tidak melihat adanya restriksi seperti itu," kata Smyschlaeva.
Namun pertanyaan sebenarnya adalah lebih tentang bagaimana cara mereka membayar semua kemewahan itu? Visa dan Mastercard telah menangguhkan operasi mereka Rusia. Akibatnya, pembayaran di luar negeri jadi hampir tidak mungkin dilakukan sejak perang pecah.
Transaksi perbankan memang jadi jauh lebih rumit, tapi bukannya tidak mungkin, ungkap Smyschlaeva.
ae/hp