Indonesia U23 kalah 0-2 kepada Uzbekistan U23 di Doha, Qatar. Kekalahan Garuda Muda yang ditingkahi beberapa putusan keliru wasit.
Wasit tengah Shen Yinhao (Cina) menjadi sorot sentral untuk tiga keputusan krusial: tidak memberi penalti saat Witan Sulaiman dilanggar; membatalkan keputusannya untuk gol Mohammad Ferrari dan mengusir Rizky Ridho dengan kartu merah.
Wasit VAR, Sivakorn Pu-Udom (Thailand) juga terseret untuk penghakimannya sepanjang permainan.
Alhasil: Indonesia, satu-satunya tim debutan di antara semifinalis, kandas ke final Piala Asia U23.
Kecewa? Pasti. Tapi mereka, Pratama Arhan dan kolega sejauh ini sudah melangkah hebat. Sangat hebat: tiba di semifinal dengan menggulingkan Australia, Jordania dan Korea Selatan.
Hanya, itu dia, laga versus Uzbekistan tidak berakhir sukses meski dua kesempatan unggul lebih dulu terbuka lebar.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Pertama saat irisan bola Witan Sulaiman yang dijegal di penalty-box, di-review via VAR, diputuskan clear.
Kedua, saat Ferrari bikin gol menit 61, wasit Shen Yin Hao menyatakan gol, bahkan sudah menunjuk titik putih, kemudian digagalkan mesin VAR lewat putusan Pu-Udom.
Sampai datang gol Serigala Putih via Khusayin Norchaev menit 68, diperbesar gol bunuh diri Pratama Arhan menit 86, dua menit pasca Rizky dikartumerah Shen.
Indonesia kandas ke final. Menyesakkan, saat puluhan juta rakyat Indonesia benar-benar jatuh cinta pada skuad generasi emas Shin Tae-yong ini. Saat puluhan juta pecinta timnas terkonsentrasi di ribuan titik di manca kota, menunggu atraksi anak-anak muda ini. Ya, anak-anak muda yang bikin haru, bikin bangga, bikin dada bergemuruh. Sungguh.
Tapi tidak apa. Kalah kepada Uzbekistan, yang kembali tiba di final seperti Piala Asia U23 2022, tidak berarti selesai buat Indonesia.
Mereka punya asa lain: tampil di play-off pada Kamis 2 Mei nanti melawan Irak, tim yang digasak Jepang di semifinal lain.
Kemenangan versus Irak juga berarti tiket ke Olimpiade Paris: sebuah kelolosan yang berarti setelah Indonesia pernah tampil di Olimpiade Melbourne 1956, alias 68 tahun silam.
Bahkan, seandainya pun gagal menang vs Irak, jalan ketiga masih terbentang menuju Olimpiade Paris.
Itu, adalah, laga play-off versus peringkat keempat dari Konfederasi Afrika; Guinea.
Laga ini digelar pada Kamis 9 Mei di Clairefontaine, Paris. Laga tunggal, di Paris, berebut tiket ke Paris.
Begitulah, wahai Garuda Muda. Terus, kepakan sayapmu. Maksimalkan dua asa menuju Paris.