Wabah Demam Berdarah Telah Tiba di Eropa
30 November 2023Kasus demam berdarah yang ditularkan secara lokal di daratan Eropa sebenarnya jarang terjadi. Menurut data statistik antara tahun 2015 dan 2019, negara-negara Eropa yang punya riwayat infeksi penyakit oleh nyamuk, terdapat sekitar 3.000 kasus demam berdarah yang muncul dalam perjalanan, tetapi hanya 9 kasus demam berdarah yang ditularkan secara lokal.
Namun, tahun 2022, jumlah kasusnya meningkat lebih tinggi dibandingkan tujuh dekade terakhir, dengan 65 kasus di Prancis saja.
Pada tahun 2023, jumlah kasus meningkat lebih tinggi lagi, yakni lebih dari 110 kasus, sebagian besar di Prancis dan Italia dan sedikit di Spanyol.
Bagaimana demam berdarah menyebar di Eropa?
Demam berdarah umumnya ditularkan melalui nyamuk Aedes. Agar penularan lokal dapat terjadi di Eropa, nyamuk harus sudah bisa bertahan hidup dan berkembang biak di pemukiman masyarakat.
Ada berbagai jenis nyamuk Aedes, tetapi yang paling tersebar luas di Eropa adalah Aedes albopictus.
Nyamuk-nyamuk ini juga menyukai suhu udara yang hangat, yakni antara 15 dan 35 derajat Celsius, agar dapat berkembang biak. Sebab itu, ancaman terbesar terjadi pada musim panas.
Karena demam berdarah tidak endemik di Eropa, infeksi sering dibawa oleh pendatang dari luar negeri.
Demam berdarah disebabkan infeksi virus yang dapat menyebabkan demam tinggi, sakit kepala, dan rasa mual. Meski begitu, sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala serius. Kematian sangat jarang terjadi dan hanya muncul jika pengidap tidak mendapat pengobatan memadai.
Kenapa jumlahnya begitu tinggi?
Para ahli mengatakan ada banyak faktor di balik peningkatan kasus infeksi lokal demam berdarah pada 2023.
"Saya yakin apa yang kita lihat di Prancis selatan pada musim panas 2023 dan di wilayah lain di Eropa selatan adalah bagian dari fenomena ambang batas," kata Thomas Jaenisch, profesor kesehatan global di Colorado School of Public Health, kepada DW.
"Memang benar bahwa suhu telah meningkat sejak lama, tetapi kita melihat semakin banyak faktor lainnya yang bertindak bersama secara sinergis."
Penelitian yang dilakukan oleh Jaenisch pada tahun 2009 membantu memberikan bukti klasifikasi demam berdarah WHO, yang membedakan antara demam berdarah parah dan tidak parah.
Jaenisch mengatakan bahwa cuaca, pertumbuhan populasi nyamuk, peningkatan dan penyebaran virus di luar negeri, serta pengendalian vektor, adalah faktor-faktor yang berperan.
Perluasan populasi nyamuk di Eropa
"Nyamuk Aedes albopictus pertama kali terdeteksi di Eropa pada awal tahun 2000-an," kata Oliver Brady, seorang profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine, yang memimpin Kelompok Pemetaan dan Pemodelan Dengue.
"Sejak itu penyakit ini telah menyebar ke lebih banyak wilayah di sekitar Laut Tengah dan Eropa Tengah. Jumlahnya terutama meningkat di wilayah yang dekat dengan populasi besar," katanya kepada DW.
Populasi nyamuk Aedes saat ini tercatat ada di Italia, Kroasia, Bosnia, Albania, Slovenia, Hungaria, dan sebagian besar Prancis. Sejak 2017, nyamuk ini juga mulai ditemukan di Swiss, sebagian Jerman selatan, dan Austria, yakni negara-negara di pegunungan Alpen.
Namun, tidak seperti jenis nyamuk lainnya, nyamuk Aedes tidak berpindah jauh dari tempat kelahiran sepanjang hidupnya, yakni hanya sekitar 100 meter. Artinya, nyamuk ini memerlukan waktu lebih lama untuk menyebar ke daerah lain, kata Marianne Comparet, Direktur Masyarakat Internasional untuk Penyakit Tropis yang Terabaikan.
"Hal ini mungkin bisa membantu menjelaskan kenapa saat ini kita melihat peningkatan jumlah kasus penularan," kata Comparet kepada DW.
(rzn/hp)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.