Anwar Ibrahim Dibebaskan dari Penjara
16 Mei 2018Upacara serah terima dari Departemen Penjara berakhir. Politikus yang dipenjara, Anwar Ibrahim berterima kasih kepada Mahathir Mohamad karena telah membantu proses pengampunannya. Anwar bersikeras bahwa dia meminta pengampunan bukan untuk hukumannya, melainkan karena adanya ketidakadilan. Demikian dikutip dari Malaysiakini.com.
Anwar Ibrahim mengatakan dia sekarang akan membantu dan mendukung pemerintahan baru sebagai warga biasa.
Anwar, yang duduk bersebelahan istrinya, wakil Perdana Menteri Malaysia , Datuk Seri Dr Wan Azizah Wan Ismail, berkata kepada media: “Minat saya sekarang ialah tentang kebajikan negara. Saya sudah maafkan beliau (Dr Mahathir) dan beliau pun sudah membuktikan ketulusannya, beliau melakukan pengorbanan, … saya ingin katakan… ia seperti suatu deja vu!”
Dilansir dari Strait Times, istri Anwar, Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia, Wan Azizah Wan Ismail, menyatakan pemerintah tidak perlu terburu-buru menjadikan suaminya sebagai PM Malaysia. "Saat ini, kami ingin pemerintah dipimpin oleh (Perdana Menteri) Tun Dr. Mahathir Mohamad berjalan dengan lancar."
Ditambahkan Wan Azizah lebih lanjut: "Kami ingin pemerintahannya membawa perubahan dan reformasi yang dibutuhkan." Wan Azizah meninggalkan karier cemerlangnya sebagai dokter ketika harus mendampingi suaminya yang diangkat menjadi wakil perdana menteri Malaysia tahun 1993 silam, sebelumnya akhirnya Anwar dipecat.
Menjalani operasi
Anwar Ibrahim keluar dari sebuah rumah sakit Kuala Lumpur , Malaysia (16/05) - di mana ia baru-baru ini menjalani operasi bahu - setelah menghabiskan masa tiga tahun di penjara atas kasus sodomi—sebuah kasus yang disebut oleh para pendukungnya ‘digodog‘ untuk menghancurkan karier politiknya.
Sambil tersenyum dan terlihat ceria lengkap dengan jas dan dasinya, pria berusia 70 tahun itu memberikan acungan jempol ke kerumunan wartawan sebelum dibawa pergi dengan mobil untuk melakukan audiensi dengan raja Yang Dipertuan Agong Malaysia, Muhammad V.
Anwar selama ini giat menyuarakan reformasi, pemerintahan yang bersih dan berakhirnya gaya otoriter pemerintah sebelumnya. Pembebasannya dari penjara ini, menyusul kekalahan tak terduga dari koalisi Barisan Nasional (BN) yang memegang kekuasaan selama enam dasawarsa terakhir, dalam pemilu baru-baru ini di negeri jiran itu.
Baca juga:
Mahathir Dilantik Jadi PM Baru Malaysia
Usai Najib, Mahathir Hadapi Perlawanan Kerajaan
Penyelidikan atas Najib berlanjut
Mantan otokrat Mahathir Muhammad yang berusia 93 tahun telah memimpin BN selama 22 tahun hingga 2003. Setelah pensiun, ia memimpin kelompok oposisi yang memenangkan pemilu pekan lalu di tengah meningkatnya kemarahan masyarakat atas skandal korupsi besar-besaran pemerintah.
Mahathir mengatakan dia akan menjalankan pemerintahan selama dua tahun selama periode transisi, namun ia pun mengisyaratkan-- pada akhirnya, kendali politik akan diserahkan kepada Anwar Ibrahim.
Melihat ketatnya pengawasan terhadap media, pemerintah, polisi dan aparatur pemilu , sebelumnya banyak yang memperkirakan BN menuju kemenangan. Namun para pengamat gagal mengukur kedalaman atas keengganan masyarakat pada mantan pemimpin Najib Razak, yang dituduh ‘merampok‘ dana investasi negara. Mahathir telah melarang Najib meninggalkan negara itu sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut.
Tak langsung masuk pemerintahan
Namun Anwar Ibrahaim tidak dapat langsung bergabung dengan pemerintah dalam waktu dekat. Pertama-tama, ia harus terpilih menjadi anggota parlemen, kedudukannya yang telah dicopot dari pada tahun 2015 ketika tuduhan menyodomi seorang asisten laki-laki muda dikukuhkan pada tingkat banding, -- sebuah keputusan yang mengirimkannya ke penjara.
Pengukuhan vonis hukum dipandang oleh banyak orang telah diatur oleh pemerintah Najib untuk meredam ancaman politik Anwar yang makin meningkat.
Pembebasan Anwar juga membentuk semacam ‘reuni‘ dengan mentornya yang pernah satu kali berubah menjadi musuh dan sekarang bersekutu lagi dengannya- Mahathir.
Anwar Ibrahim yang karismatik adalah bintang politik yang meningkat pada 1990-an di bawah kepemimpinan Mahathir. Ia memimpin berbagai kementerian dan mendapatkan pujian di luar negeri sebagai seorang reformis. Dia menjadi wakil perdana menteri dan dianggap sebagai penerus Mahathir .
Namun ‘persekutuan‘ kedua pria itu mengalami kehancuran spektakuler yang mencengkeram politik negara. Keduanya berbeda pendapat dalam hal penanggulangan krisis ekonomi yang terimbas dari krisis global. Anwar dipecat dan didakwa dengan tuduhan korupsi dan sodomi, tuduhan yang dilihat bermotif politik.
Sejak masalah merundung suaminya, kehidupan Wan Azizah, pun berubah drastis. Ia terjun langsung ke dunia politik demi memperjuangkan keadilan bagi suaminya. Protes yang belum pernah terjadi sebelumnya pun akhirnya meletus.
Setelah menghabiskan masa enam tahun di penjara, Anwar kemudian menggunakan kekuatannya untuk menyatukan massa oposisi yang sebelumnya tidak ada harapan, sebelum kemudian tuduhan sodomi kembali melemparkannya sekali lagi ke dalam belantara politik.
ap/rzn(afp/straittimes/malaysiakini)