Peran Laut Hitam dalam Perang Rusia di Ukraina
14 Agustus 2023Sejak berakhirnya kesepakatan perdagangan komoditas gandum antara Rusia dan Ukraina, kedua negara mulai meningkatkan serangan di Laut Hitam. Sejak pertengahan Juli lalu, Rusia berusaha memblokir jalur perdagangan penting itu dengan lebih sering menembaki pelabuhan Ukraina dan mengancam kapal-kapal kargo milik Kyiv.
Sementara itu, Ukraina juga telah menyatakan bahwa enam pelabuhan di pantai Laut Hitam Rusia sebagai area berisiko perang dan mengancam akan melakukan serangan balasan terhadap aksi militer Rusia terhadap kapal kargo, kapal tanker, dan fasilitas pelabuhan.
Laut Hitam memiliki kepentingan strategis dan ekonomi yang sangat besar bagi Rusia dan Ukraina sebagai pintu gerbang ke segala penjuru dunia. Tapi banyak negara lain yang juga memiliki pantai di Laut Hitam dan punya kepentingan serupa, terutama anggota NATO, Turki, Bulgaria, dan Rumania.
Selama Kekaisaran Rusia hingga pada masa Soviet, Laut Hitam sudah memainkan peran penting di sisi selatan sebagai pangkalan armada lautnya. Bagi Rusia, Laut Hitam merupakan kawasan perairan utama untuk mengerahkan pengaruhnya sampai ke Mediterania, Timur Tengah, Afrika Utara, hingga Eropa Selatan.
Pertahanan Kremlin di Laut Hitam
Laut Hitam memberi Kremlin akses ke negara-negara yang lebih jauh, seperti Libya dan Suriah, yang juga memiliki pangkalan angkatan laut Rusia di Tartus.
Armada Laut Hitam Rusia telah bermarkas di kota pelabuhan Krimea, Sevastopol, secara terus menerus sejak 1793. Kawasan yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada 2014 itu juga memiliki arti penting bagi sebagai pelabuhan laut dalam tetap bisa digunakan di musim dingin.
Keinginan Kremlin untuk mempertahankan hegemoni atas wilayah Laut Hitam itu telah ditunjukkan dengan berbagai konflik regional dalam beberapa tahun terakhir. Kini, Rusia menguasai sekitar sepertiga dari garis pantai Laut Hitam, meskipun berdasarkan hukum internasional, Rusia hanya memiliki sekitar 10% dari garis pantai tersebut.
Pada tahun 2008, Rusia mengintervensi Georgia dan mendirikan dua republik yang tunduk pada Kremlin, termasuk Abkhazia yang berada di pesisir timur Laut Hitam. Setelahnya, Rusia secara ilegal juga mencaplok Semenanjung Krimea pada tahun 2014. Kemudian pada Februari 2022, Rusia menginvasi Ukraina dan menduduki sebagian besar wilayah selatan negara itu.
Laut Hitam juga sangat penting untuk perdagangan. Rusia mengekspor sebagian besar komoditas biji-bijian, pupuk, dan barang-barang lainnya melalui pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam. Pemanfaatan jalur perdagangan ini juga meningkat dalam waktu yang relatif singkat, karena jalur ini menyediakan akses ke negara-negara yang belum menandatangani sanksi Barat terhadap Rusia.
Jalur rute perdagangan paling penting
Laut Hitam bahkan lebih penting lagi bagi Ukraina. Sebelum berperang, lebih dari 50% total ekspor Ukraina melewati Odesa, pelabuhan Laut Hitam terbesar di negara itu. Sebagai salah satu daerah penghasil biji-bijian terpenting di dunia, jalur ini merupakan jalur ekspor utama, sebelum akhirnya perjanjian komoditas gandum dengan Rusia berakhir pada pertengahan Juli lalu.
Bahkan sebelum Rusia menginvasi Ukraina, kedua negara memasok hampir 24% gandum dunia dan sekitar 19% jelai, serta 60% ekspor minyak bunga matahari.
Ukraina masih sangat bergantung pada rute tersebut, meskipun negara ini telah mendiversifikasi rute ekspornya dan kini hanya mengekspor 40% biji-bijiannya melalui Laut Hitam, dan mengirimkan sisanya menggunakan jalur darat melalui Uni Eropa.
Sementara Rusia dan Ukraina bertempur memperebutkan rute perdagangan Laut Hitam, hubungan wilayah timur-barat menjadi semakin penting bagi Uni Eropa, yang memiliki dua negara anggota di pesisir Laut Hitam: Rumania dan Bulgaria.
Perjanjian asosiasi Uni Eropa juga telah disepakati dengan Georgia dan Ukraina. Para pejabat Uni Eropa semakin melihat Laut Hitam sebagai koridor penting untuk transportasi barang dan energi antara Asia dan Eropa.
Uni Eropa dan NATO memiliki kepentingan yang sama
Seiring dengan upaya Uni Eropa untuk tidak bergantung pada minyak dan gas Rusia, negara-negara penghasil minyak di Kaukasus menjadi semakin signifikan. Azerbaijan, misalnya, mengekspor minyak dan gas ke Eropa melalui Georgia dan Turki.
Rute yang melintasi Laut Hitam itu melewati Rusia di utara dan Iran di selatan, menjadikannya sangat penting secara strategis karena Uni Eropa telah memberlakukan sanksi ekonomi yang berat terhadap kedua negara.
NATO juga memiliki kepentingan keamanan yang kuat di wilayah Laut Hitam. Sejak tahun 1997 hingga invasi Rusia ke Ukraina, aliansi militer yang beranggotakan 31 negara ini melakukan manuver besar-besaran di sana setiap tahunnya.
Namun, hanya tiga angkatan laut NATO, yakni Bulgaria, Rumania, dan Turki, yang secara permanen berada di Laut Hitam.
Hal ini bermula dari Konvensi Montreux 1936, yang menjamin kedaulatan penuh Turki atas selat Bosporus dan Dardanelles, menjadikan Turki satu-satunya jalan keluar dari Laut Hitam ke Mediterania. Segera setelah invasi Rusia ke Ukraina, Turki menutup selat tersebut bagi seluruh kapal perang, bukan hanya kapal perang milik Rusia saja, demi menjaga keseimbangan kekuatan angkatan laut di wilayah tersebut.
Dengan kontrolnya atas akses ke Laut Hitam yang diatur oleh perjanjian internasional itu, Turki memiliki posisi geostrategis utama. Turki merupakan mitra NATO yang paling penting di wilayah itu, dan merupakan pusat perdagangan di wilayah Asia Tengah, Kaukasus, hingga Timur Tengah. Turki juga ingin mengamankan peran kepemimpinannya di kawasan ini melalui keanggotaan di NATO, yang membuat hubungannya dengan Rusia menjadi penting.
Baik Turki maupun Rusia memandang Laut Hitam sebagai prioritas utama. Turki mengawasi pergerakan Rusia dengan sangat cermat, untuk memastikan bahwa keseimbangan kekuatan di wilayah itu dipertahankan semaksimal mungkin. Perjanjian Montreux juga memungkinkan Turki melakukan kebijakan sendiri, dan menjadi penengah antara NATO dan Rusia. (kp/hp)